Selasa, 09 Desember 2014

Ruang Proses "Taman Raung films"

TAMAN RAUNG FILMS

saya bersama teman-teman memproduksi sebuah film berjudul Tanya Satu Atap, dan ini lah ruang proses baru bagi saya sebuah tim produksi yang di segala difinya mencukupi dan mempunyi potensi besar. disini kami berproses bersama menyatukan visi dan misi serta tujuan untuk membuat sebuah karya film. so... ini foto-foto proses shoting kami saat berproses bersama Taman Raung Films.



















*Foto by Aziz

Selasa, 04 November 2014

Konsep Penyutradaraan film "Tanya Satu Atap" a film by Taman Raung Films

KONSEP PENYUTRADARAAN
FILM "TANYA SATU ATAP"

Film “Tanya Satu Atap” bercerita tentang Seorang anak yang menanyakan sosok ibu namun bapaknya menyembunyikan fakta bahwa ibunya adalah orang gila.  Drama yang dibangun didalam cerita ini adalah relasi antara Anak Bernama Iwan dan Ayah Bernama Dahlan didalam kehidupan keseharian pada umumnya, namun di berikan sebuah konflik besar yang membuat relasi diantara Anak dan Ayah muncul sebuah perdebatan.

Alur yang di gunakan hanya 1 Plot namun di sisipkan plot sampingan untuk menambah dramatisasi cerita, secara bertutur film ini terdapat dua pokok permasalahanya yaitu perasaan ingin tahu yang besar Iwan untuk menanyakan keberadaan Ibunya namun disisi lain ayah Iwan yaitu Dahlan menutup-nutupi identitas Ibu Iwan.

Struktur naratif/penceritaan adalah tertutup berfungsi ini untuk membuat penonton selalu bertanya mengenai kejadian apa yang terjadi berikutnya. Penggunaan naratif tertutup ini juga berfungsi untuk menguatkan unsur daramatik dalam film tersebut.

Dalam film ini didalam ending tidak ada petunjuk apa yang akan terjadi di antara Iwan, Dahlan, dan Kinanti. Tidak ada resolusi namun konsekuensi dari resolusi tidak di tunjukan. Fokus penonton hanya di tujukan kepada adegan dan gestur yang di mainkan oleh Iwan, Dahlan, dan Kinanti. dimana penonton sendirilah yang menebak akhir ceritanya, ini digunakan untuk memberi kesan dramatis dan agar penonton juga di bekali ruang imajinasinya untuk membayangkan akhir film ini, sehingga imbas dari film ini masih terbawa meski film telah berakhir.

Film “Tanya Satu Atap” menyampaikan 3 pesan kepada penonton :
1. Anak terkadang susah dan engga mau mengerti apa maksud orang tua mereka melakukan sebuah hal untuk si anak.

2. Orang tua selalu melakukan apapun yang terbaik demi anaknya yang walaupun caranya tidak di sukai oleh anaknya.

3. Saat kita menginginkan sesuatu, kita terkadang lupa dan engga mensyukuri apa yang kita punya.

KONSEP REALIS

Pendekatan film adalah Realis, itu dikarnakan cerita didalam film ini secara penuh adalah relasi antara Anak dan Ayah, semua itu di wujudkan dari dialog dan adegan yang membuat Anak dan Ayah didalam cerita ini mempunyai kedekatan emosional yang erat diantara mereka, serta terkesan natural dan tidak dibuat-buat, sehingga penonton merasa dekat dengan kehidupan tokoh didalam film.

KONSEP DRAMATURGI

Konsep Dramaturgi disini dimaksudnya sebagai cara penyampaian filmnya. karna Film ini ber genre fiksi dengan cerita yang dibuat realis sehingga adegannya seperti kehidupan sehari-hari, serta menimbulkan kesan kepada penonton untuk masuk ke kehidupan Iwan dan Dahlan, agar antara penonton dan pemeran utama tidak ada jarak. Bersetting pada tahun 2007, struktur dramatic film Tanya Satu Atap tidak lepas dari 5 segmen dramaturgi, yaitu :

1. Eksposisi
Pada film ini, pengenalan tokoh tertuang pada scene 1-3. Yakni untuk mengenalkan tokoh Iwan, Dahlan, dan sahabat Iwan yaitu Adi, sekaligus secara langsung memasukan konflik diantara Iwan dan Dahlan.

2. Problem
Masalah pada film ini dimulai ketika Iwan tidak bisa menggambarkan sketsa wajah ibunya didalam kelas dalam pelajaran Seni Rupa, lalu Iwan di ejek serta di permalukan oleh Irfan teman sekelasnya.

3. Konflik
Konflik dalam film ini tertuang pada saat pertengkaran besar antara Iwan dan Dahlan, lalu Iwan di tampar oleh Dahlan dan setelah itu Iwan memutuskan untuk pergi dari rumah.

4. Klimaks
Dalam adegan ini diperlihatkan bahwa Iwan sungguh kangen dengan Ayahnya dengan mengingat masa lalunya yang sangat akrap dengan Dahlan, serta rasa penyesalan Iwan yang selalu mendesak Dahlan untuk menjawab pertanyana dimana ibunya.

5. Solution  ( Anti-Klimaks )
Anti Klimaksnya adalah saat Iwan pulang kerumah namun tidak di sangka Ibu Iwan yaitu Kinanti ada didalam rumah yang di hadirkan oleh Dahlan, sebagai jawaban atas semua pertanyaan Iwan tentang Ibunya.

KONSEP KONFLIK BATIN

Konflik Batin secara umum adalah perselisihan atau pertentangan antara dua kekuatan atas dua perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lainnya sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu, serta konsep konflik batin porsinya di film ini adalah sebagai point of interes konflik yang akan di tonjolkan didalam film

Didalam artikel konflik batin yang ditulis oleh Ahmad Wahyudi, ada sebuah teori yang cocok di masukan didalam film Tanya Satu Atap yaitu :

Konflik Mendekat Menjauh (approach-avoidance conflict)
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan terhadap satu objek motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain Negatif (Merugikan, tidak menyenangkan) karena itu ada kebimbangan , apakah akan mendekati atau menjauh objek itu.

KONSEP MISE EN SCENE

Style yang digunakan dalam film ini untuk mendukung pesan yang disesuaikan dengan fungsinya. Untuk Mise En Scene ini disesuaikan dengan setting film yang di buat tahun 2007 dengan setiap property dan latar belakang ekonomi menangah kebawah (berkecukupan) yang mencerminkan karakter tokoh-tokoh di dalamnya.

TANGGA DRAMATIK


ALUR DIDALAM FILM


SKENARIO FILM "TANYA SATU ATAP"

SKENARIO
“TANYA SATU ATAP”

ESTABLISH SUASANA PAGI DI SMA IWAN

1. INT. KANTIN SEKOLAH. PAGI. HARI 1
CAST: Iwan dan Adi

Dua gelas teh hangat,yang asap tipisnya masih mengepul, menjadi teman Iwan dan Adi menyantap gorengan panas. Iwan dan Adi tampak akrab dan saling ngobrol. Beberapa anak lain juga tampak sedang jajan di kantin itu.  Ada 3 orang siswa lain yang berkumpul, salah satunya adalah seorang siswi. Mereka memandang Iwan dan Adi dengan tatapan sinis. Menyadari ini Iwan segera menegur mereka.

Iwan
(membentak)
“Heh, Apa liat-liat?!”

Adi pun ikut melihat siapa yang dilabrak Iwan. Menyadari Iwan marah, mereka pergi namun bukan dengan ekspresi takut, lebih ke menyepelekan. Tak berapa lama, bel masuk dipukul petugas. 
Adi
(mengunyah sambil bicara)
“Wan, ayok buruan! ”

Iwan
(menyeka bibir dan menyeruput teh panas)
“Yok!”

Mereka berdua segera lari menuju kelas.

2. INT. KELAS IWAN. PAGI. HARI 1
CAST: Iwan , Adi , Irfan, Bu Guru

Adi dan Iwan adalah siswa SMA. Hari itu mereka ada ulangan menggambar, guru mereka sedang keluar. Beberapa mereka mencoba mengerjakan, Adi misalnya, sedang yang lain asik sendiri. Iwan hanya malas-malasan dan membiarkan kertas gambarnya kosong. Ibu guru kembali dan terdengar suara perintah mengumpulkan ulangan dari ibu guru

Ibu Guru
“Ayo anak-anak, lima menit lagi sketsa wajah ibu kalian dikumpulkan”

Setelah itu kepanikan tampak di kelas, semua murid sibuk menyelesaikan gambarnya. Iwan hanya memperhatikan teman2nya sambil memainkan pensil. Sejenak tampak ekspresi bingung dan panik pada Iwan, tapi ia lalu menghela nafas panjang dan melempar pensilnya.  Sesaat kemudian semua kertas ulangan sudah terkumpul. Guru mengecek satu persatu kertas itu dan menemukan (CU) sebuah kertas putih bernamakan Iwan.

Bu Guru
“Iwan, kenapa ga ngerjakan?”

Iwan menjawab dengan santai sambil menyangga dagunya dan memandang ke arah lain

Iwan
“Belum pernah lihat ibu saya, Bu”

Setelah komentar itu, Irfan  yang berada didua ruas seberang kanan Iwan berkomentar lirih pada teman disebelah kirinya

Irfan
“Pantes, ibunya kan ga pernah pulang”

Iwan mendengar perkataan itu,ia menatap Irfan tajam,lalu bangkit dari duduknya. Adi yang juga mendengar itu mencoba menahan Iwan. Iwan menghampiri Irfan lalu mencengkram kerahnya. 
Iwan
(mengangkat Irfan)
“Heh! Tau apa kamu?”

Irfan
(menjawab dengan emosi)
“Semua tau, ibumu itu PSK!” 

Tanpa basa basi lagi, Iwan segera menjotos Irfan. Tak terima, Irfan membalas. Mereka mulai adu jotos di lantai kelas. Kelas mendadak riuh. Bu Guru kaget atas reaksi Iwan.
Beberapa anak laki-laki datang melerai dua orang itu, termasuk Adi yang berupaya menarik Iwan, sisanya hanya bisa menonton. 

ESTABLISH RUMAH IWAN MENJELANG SENJA

3. INT. MEJA MAKAN. MALAM. HARI 1
CAST: Iwan & Dahlan

Iwan, dengan muka lebam, dan Dahlan baru selesai makan malam. Iwan menyodorkan surat pada Dahlan dan kembali duduk dan menunduk. Dahlan menerima surat itu.
Dahlan
(sambil menerima surat)
“Kamu berantem?”

Dahlan lalu membukanya, membaca dan memandangi Iwan. Iwan diam saja, menunduk, mengelus ujung bibirnya sambil meringis kesakitan. Terlihat surat yang isinya panggilan kepada orangtua Iwan Setiawan pada pukul 9 bertempat di ruang BK. 

Dahlan
“Buat masalah apa lagi kamu di sekolah?”

Iwan masih diam.

(mengebrak meja)
“Wan, jawab! Lihat bapak!”

Iwan
(mengangkat sedikit kepalanya, melihat Dahlan)
“Ibuk mana?”

Dahlan makin heran

Dahlan
“Kenapa jadi tanya ibuk?”

Iwan
“Itu harus dateng sama ibuk”

Dahlan
(melirik Iwan, menutup surat)
“Ga perlu, biasanya juga bapak datang sendiri”

Iwan
(ngotot)
“Ga bisa, kali ini harus sama ibuk!”

Dahlan menyeruput kopi didepannya dan segera membantah Iwan.

Dahlan
“Udah! Pokoknya bapak aja!”

Melihat kengenyelan bapaknya, Iwan kesal dan menyerah.

Iwan
“Arghh, terserah!”

Iwan kesal, ia bangkit dan meninggalkan Dahlan. Dahlan santai saja dan kembali menyeruput kopinya. 

ESTABLISH DEPAN RUANG BIMBINGAN KONSELING.
4. INT. RUANG BIMBINGAN KONSELING. PAGI. HARI 2
CAST: Iwan, Dahlan, KepSek

Jam menunjukan pukul 9.10. Iwan,Dahlan dan Kepala Sekolah sudah ada di ruang BK. Iwan dan Dahlan duduk di kursi sofa panjang, Kepala sekolah duduk disamping kanan depan Dahlan. Iwan duduk diujung sofa, ada jarak diantara keduanya. Iwan masih kesal dengan Dahlan, ia cuek dengan obrolan Bapak dan KepSeknya itu.

Dahlan
(mencoba minta maaf sambil tersenyum ramah)
“Sebelumnya saya mohon maaf kalau Iwan suka buat masalah di sekolah”

Kepala Sekolah
(membaca surat laporan kasus Iwan)
“Pak Dahlan, kemarin Iwan lagi-lagi berkelahi dengan teman sekelasnya. Dia baru kelas 10, tapi kerap berkelahi. Apa dirumah juga sering berkelahi seperti ini?”

Dahlan tersenyum kecut menahan malu, Iwan melirik melihat Dahlan.

Kepala Sekolah
(menghela nafas panjanga sambil melepas kaca mata)
“Ini peringatan ke dua pak, sekali lagi Iwan berkelahi atau buat onar di sekolah, kami terpaksa mengeluarkannya”

Dahlan
(memaksa tersenyum)
“Baik Pak. Wan, dengerin!”

Iwan hanya melengos mengalihkan pandangan.

Kepala Sekolah
“Untuk hari ini, Iwan bisa belajar dirumah. Oh ya, bukannya kemarin saya suruh Iwan bilang ke Bapak, untuk datang dengan ibu? Ibunya Iwan kemana Pak?”

Dahlan terkejut, ia tersenyum dan terdiam sejenak memikirkan jawaban. Ia melihat Iwan. Iwan yang tadinya cuek mulai tertarik, ia menanti apa jawaban Dahlan. Tapi Dahlan hanya bisa salah tingkah, bingung tak bisa menjawab pertanyaan itu. Iwan memandang kecewa dengan Dahlan.

5. INT. RUANG DEPAN. SIANG. HARI 2
CAST: Iwan, Dahlan
Dahlan membuka pintu, dibelakangnya ada Iwan. Dahlan masuk dan segera menuju kamarnya, tampak sekali ia menghindari Iwan. Iwan segera mengejarnya
Iwan
(bertanya sambil mendekati Dahlan dengan cepat)
“Pak, kenapa tadi ga jawab?

Dahlan
(melirik Iwan,menjawab sambil terus berjalan)
“Jawab apa?”

Iwan
“Ibuku mana?”

Dahlan berhenti dan ekspresinya berubah. Tangannya yang telah mengenggam daun pintu, urung ia buka. Ia tetap membelakangi Iwan

Iwan
“Orang lain aja nanyain, apalagi aku, anakmu! ”

Dahlan kembali terdiam. Iwan mendekati Dahlan dan menarik bahu kirinya membuat Dahlan membalikan badan

Iwan
“Jawab Pak!”

Dahlan
(menjawab sambil menunduk mengalihkan pandangan)
“Belum saatnya kamu tau Wan”

Iwan kembali kecewa mendengar jawaban Dahlan. 

Iwan
“Kapan?
(terdiam sejenak)
Pak, aku ini anak pungut kan?”

Dahlan terkejut dengan pertanyaan Iwan. Ia kecewa dan heran mengapa anaknya bisa meragukannya

Dahlan
(mengelus dada)
“Astagfirullah Wan!Kamu itu anakku dan Kinanti! Kamu ga percaya kami bukan orangtuamu?”

Iwan menjawab cepat, tampak emosinya mulai naik

Iwan
(mengangkat kepala, menjawab tegas)
“Wajar Pak! Sejak kecil, aku ga pernah tau dimana ibuku. Tiap tanya bapak jawabnya itu-itu aja. Percaya sama hal yang belum tentu ada,itu susah pak!

Dahlan lagi-lagi terdiam.

Iwan
(ikut emosi)
“Bapak ga bisa sembunyiin ibu selamanya. Kenapa aku ga bisa ketemu ibuk?

Dahlan
(menjawab dengan membentak)
“Ini demi kebaikanmu Wan. Bapak ga mau kamu malu dan jadi seperti ibumu!”

Mendengar itu, Iwan malah heran. Raut mukanya tampak kebingungan dengan jawaban itu. 

Iwan
(mengernyitkan dahi, menatap tajam Dahlan)
“Lho, memangnya ibuk kenapa, sampai aku harus malu?”

Merasa hampir keceplosan, Dahlan kembali mati kutu. Suaranya tertahan. Keheningan terasa beberapa saat. Tak lagi mendapat jawaban, Iwan menyimpulkan sendiri

Iwan
(bertanya sambil melirik ke arah Dahlan)
“Ooo...Berarti ibuk memang PSK!”

Emosi Dahlan tak terbendung lagi. Ia sangat marah dengan dugaan Iwan kali ini.Sebuah tamparan keras mendarat ke pipi kiri Iwan. Saking kerasnya Iwan sampai mundur beberapa langkah. Iwan menatap penuh emosi pada Dahlan. Nafasnya tak bisa disembunyikan lagi sedang menahan luapan emosinya. Tanpa berkata, Iwan pergi ke kamarnya meninggalkan Dahlan yang mengatur nafas, menenangkan diri, sembari melihat (CU) tangan kanannya masih gemetar sehabis menampar Iwan. Terdengar sebuah bantingan pintu kamar Iwan. Dahlan segera mengikuti Iwan ke kamarnya.

6. INT. KAMAR IWAN. SORE. HARI 2
CAST: Iwan

Iwan masuk ke dalam kemar lalu langsung mencari ranselnya. Ia memasukan beberapa barang kedalam ranselnya. Beberapa kaos, celana dan dompet. Diluar kamar, Dahlan mendekati pintu kamarnya.

7. INSERT. INT. DEPAN PINTU KAMAR IWAN. SORE. HARI 2
CAST: Dahlan

Dahlan mendekati pintu. Ia lalu mengetok pintu kamar Iwan beberapa kali.
Dahlan
“Wan, maafin bapak Wan”

Tak ada jawaban dari dalam. Dahlan merasa sedih dan mencoba menunggu didepan kamar Iwan.

KEMBALI KE SCENE 6
Iwan mengangkat ranselnya dan bawa jaketnya. Ia pergi membuka pintu kamar.

8. INT. RUANG DEPAN.SORE. HARI 2
Cast : Iwan & Dahlan

Iwan membuka pintu. Dahlan ada didepannya dengan ekspresi menyesal. Tanpa memedulikannya, Iwan terus berjalan kearah pintu. Iwan tengah memakai sepatu sambil berdiri. Ia  memakai dengan tergesa-gesa, emosi masih tampak di raut mukanya. Dahlan menghampirinya dari belakang

Dahlan
“Mau pergi kemana kamu nak?”

Iwan hanya diam dan bersiap pergi. Ia pasang jaket dan membuka gagang pintu

Dahlan
(bertanya perlahan)
“Gimana kalau ibu tidak seperti bayanganmu?”

Iwan
(berhenti melangkah, menjawab tanpa menoleh)
“Biar aku tanggung resiko itu ”

Dahlan memandang Iwan yang membelakanginya.Tanpa menoleh kebelakang dan ucapan perpisahan, Iwan melangkah meninggalkan Dahlan yang terpaku, memandang kepergian Iwan dan lalu menunduk penuh sesal.

ESTABLISH GANTI HARI

9. INT. MEJA MAKAN. PAGI. HARI 3
CAST: Dahlan

Makan pagi, Dahlan tak tampak menikmati sarapannya kali ini. Ia sarapan sendiri dan melahap makanannya perlahan. Didepannya hanya ada bangku dan piring milik Iwan yang tertelungkup diam. Setelah beberapa suapan, Dahlan berhenti, menunduk dan meninggalkan piringnya yang makanannya belum habis itu.


10. INT. RUMAH ADI, KAMAR ADI. PAGI. HARI 3
CAST: Iwan, Adi

Iwan masih tidur diranjang Adi. Adi tengah merapikan diri dan bersiap sekolah

Adi
(mencangklong tas, dan membangunkan Iwan)
“Wan..Bangun..Aku berangkat dulu ya!”

Iwan terbangun dan menguap

Iwan
(mengusap matanya)
“Mmm..iya Di”

Iwan lalu bangkit dan duduk diujung ranjang. Ia melamun.Kejadian kemarin masih menganggunya

11. INT. KAMAR DAHLAN. SORE. HARI 3
CAST: Dahlan

Ada sebuah foto Dahlan dan Iwan Kecil di atas meja,Dahlan lalu mengambil foto itu dan dahlan memandai foto itu sambil duduk diatas ranjangnya. Ia tengah memandangi foto Iwan kecil. Ia lalu terkenang sebuah percakapannya dengan Iwan kecil

FADE IN

12. FLASHBACK. EXT. TAMAN BERMAIN. PAGI
CAST: Iwan Kecil (5tahun) & Dahlan

Iwan kecil bermain prosotan, Dahlan melihat dan menunggunya dibawah.Mereka lalu bermain gelembung sabun. Iwan tampak gembira sekali.Mereka juga bermain kejar-kejaran 

V.O Iwan Kecil
“Pak Ibu kemana sih?”

V.O Dahlan
“Ibu ada di tempat jauh, gak bisa sama-sama kita sekarang”

Cut To

13. EXT. LORI TEBU.SIANG. HARI 3
CAST: Iwan 

Iwan berjalan menyusuri rel. Didepannya ada barisan lori tebu. Iwan berjalan dengan perasaan bingung karna memikirkan Ayah-nya dan dimana Ibu-nya berada.
Fade In

14. FLASHBACK. EXT. TAMAN BERMAIN. PAGI
CAST: Iwan Kecil (5tahun) & Dahlan

Iwan kecil bermain ayunan, Dahlan mendorong Iwan kecil. Setelah bermain, Iwan kecil tampaknya mulai mengantuk. Beberapa kali ia menguap. Mereka tidur diatas tikar. Dahlan setia disampingnya mengipasinya dan mengelus rambut anaknya. Iwan semakin lelap. Dahlan memandangi Iwan kecil penuh cinta. Ia lalu ikut tidur disamping damainya Iwan kecil terlelap

V.O Iwan Kecil
“ Trus kapan ibu pulang?”

V.O Dahlan
“Nanti ibu pulang Dek”

Fade Out

15. INT. KAMAR DAHLAN. SORE. HARI 3
CAST: Dahlan 

Dahlan menaruh foto dia bersama Iwan kecil disisi kasur. Ia merasa sedih terkenang pertanyaan-pertanyaan Iwan kecil yang ia jawab seadanya. Ia lalu memandang lemarinya

Cut To

16. EXT. JEMBATAN. SORE. HARI 3
CAST: Iwan

Iwan sedang merokok dipingir jembatan. Senja mulai turun dan dibelakangnya kendaraan melaju kencang menuju rumahnya masing-masing. Iwan tampak kebingungan. Ia melihat sungai dibawahnya. Setelah membuang puntung rokok, Ia lalu berteriak sekencang-kencangnya kearah sungai karena bingung harus kemana.

Cut To

17. INT. KAMAR DAHLAN. SORE. HARI 3
CAST: Dahlan

Dahlan membuka lemari. Ia lalu mengeluarkan sebuah foto dari sela-sela tumpukan baju. Ia pandangi foto itu. Foto itu adalah Dahlan saat muda bersama seorang wanita muda yang cantik tengah bersama kedua bayinya. Wanita itu tampak bahagia sekali menggendong kedua anak yang kembar itu. Ia usap perlahan foto wanita itu Dahlan memandang penuh kasih.

Dahlan
(memandangi foto)
“Dia sudah besar”

Dahlan kemudian dahlan keluar dari kamar.

ESTABLISH WARUNG/PERGANTIAN HARI

18. EXT. WARUNG. SORE. HARI 4
CAST: Iwan, Adi & Topan

Iwan tengah merokok dan melamun sementara Adi asik menikmati mie goreng pesanannya. Melihat sahabatnya melamun, Adi mencoba mengajak ngobrol

Adi
“Trus, rencanamu apa Wan?”

Iwan
(menghembus asap rokok)
“Gak tau Di. Ntar malem aku nginep lagi ya?”

Adi
(berhenti makan, menjawab ragu)
“Hmmm, kalo aku sih gak papa Wan, tapi Ibuku itu lho, cerewet. Maaf ya Wan”

Iwan
(menghisap rokok dan menghembuskannya)
“Hmmm, ibumu ya? “

Tiba-tiba ada teman mereka, Topan, mendatangi mereka. Rokok Iwan habis, ia menyalakan lagi satu

Adi
“Eh Pan, darimana?”

Topan
(mencoba senyum)
“Beli obat buat bapak”

Iwan
(sambil terus merokok)
“Bapakmu sakit apa?”



Topan
(menjawab dengan lesu)
“Kecapekan. Badannya panas, meriang”

Adi
“Lha Ibumu kemana?”

Topan
“Ibuku jadi TKI. Sekarang cuma aku yang jaga bapakku.”

Iwan terdiam. Adi menangkap gelagat itu, ia melihat ekspresi Iwan berubah. Iwan teringat sesuatu.

Fade In

MONTAGE

19. INT. TERAS RUMAH. PAGI
CAST: Iwan & Dahlan

Iwan sedang membersihkan busi motor, ia tampak kebingungan. Dahlan lalu mendatanginya, memeriksa sebentar dan menunjukan Iwan cara membetulkan motornya. Iwan mengikuti instruksinya dan motornya bisa nyala lagi. 

20. INT. RUANG MAKAN. MALAM
CAST: Iwan & Dahlan

Iwan dan Dahlan sedang makan malam. Iwan yang tampak kelaparan segera mengambil nasi, sayur dan lauk pauk. Dahlan memandang Iwan sambi tersenyum geli sementara Iwan telah makan dengan sangat lahap. Tiba-tiba Iwan tersedak dan terbatuk batuk lalu meminum air. Dahlan tertawa dan Iwan ikut tertawa malu.  

21. INT. KAMAR IWAN. MALAM 
CAST: Iwan & Dahlan

Iwan sedang demam, wajahnya pucat. Disampingnya ada Dahlan. Baju bengkelnya belum ia lepas. Iwan beberapa kali menggigil, Dahlan segera menganti kain untuk mengkompres dahi Iwan. Dahlan lalu tertidur sambil duduk disamping Iwan

KEMBALI KE SCENE 18
 Sejenak kemudian Topan pamit

Adi
“Eh Pan, gak nongkrong dulu nih?”

Topan
(tersenyum)
“Maaf ya, aku harus cepet pulang. Bapak kasihan, sendirian. Duluan ya Di, Wan.”

Adi
“Yoi, hati-hati bro”

Topan melambai tangan sekali lalu pergi. Iwan merenung sejenak, ia memandang langit yang mulai jingga. Adi mencoba menasehati.Iwan mendengarkan.

Adi
“Wan, kadang, saat kita menginginkan sesuatu, kita lupa dan ga mensyukuri apa yang kita punya”
Iwan memikirkan kata-kata itu sejenak, lalu ia (CU) matikan rokok yang masih panjang itu. Iwan  bangkit dan beranjak pergi

Adi
(kaget melihat Iwan pergi)
“Woy Wan, kemana?”

Iwan
(menjawab tanpa menoleh)
“Pulang”
Adi tersenyum melihat sahabatnya akhirnya mau pulang.

22. INT. RUANG DEPAN. MALAM. HARI 4
CAST: Iwan
Gagang pintu bergerak turun perlahan. Suara decit pintu tua terdengar. Iwan membuka pintu itu perlahan. Ia lalu masuk dan menutup pintu kembali. Ia tak mengucap salam dan memandang sekeliling ruangan itu. Tak tampak keberadaan sosok ayahnya. Ia lalu terdiam saat mendengar suara lirih seseorang sendang bergumam tak jelas. Arahnya dari dalam. Iwan lalu bergerak masuk kedalam. 
23. INT. MEJA MAKAN. MALAM. HARI 4
CAST: Iwan, Kinanti, Dahlan

Iwan memasuki area meja makan. Langkahnya terhenti saat melihat sosok di meja makan. Sosok itu membelakanginya dan tengah duduk. Rambutnya panjang sebahu, tidak rapi dan sebagian sudah memutih. Badannya bergerak perlahan kekiri dan kekanan dan ia menggumam sebuah tembang jawa. Iwan penasaran sekali, ia perlahan bergerak memutar dari sisi kiri tempat wanita itu duduk

Kinanti
(menyanyi lirih)
“Tak lelo...lelo...lelo le dung..Anakku seng bagus rupane”

Iwan lalu berdiri didepan wanita itu. Ia bisa memandang wajahnya yang mulai keriput. Wanita itu tersenyum sambil mendendangkan tembang jawa itu. Dikedua tangannya terdapat dua buah boneka. Ditangan kanannya, boneka itu matanya terbuka dan ditangan kirinya boneka itu matanya tertutup/matanya bolong. Wanita itu menimang penuh perasaan dan tampak bahagia. Wanita itu tak mempedulikan kehadiran Iwan yang tampak bingung. Dahlan perlahan mendekati Iwan dari belakang. Tangan kirinya menyentuh bahu kanan Iwan, Iwan menoleh dengan ekspresi bingung. Dahlan lalu berkata

Dahlan
(tersenyum sembari menyerahkan Foto)
“Ini ibu”

Setelah mendapat jawaban itu, Iwan meneriman foto Ibunya. Iwan lalu menyamakan wajah wanita didepannya dengan foto Kinanti. Iwan juga memperhatikan kedua bayi yang ada di tangan itu. Iwan memandang Dahlan dan Dahlan mengisyaratkan untuk membalik foto itu. Dibalik foto itu terdapat tulisan “KINANTI , IWAN & AWIN”. Dibawah nama Iwan terdapat tanggal lahirnya, 19 Mei 1990 namun dibawah tanggal lahir Awin, yang ternyata sama dengan tanggal lahir Iwan, terdapat tanggal Wafat yaitu 25 Juli 1990. Iwan lalu menyadari hal itu

Iwan
(menoleh pada Dahlan)
“Jadi...Ibu..?”

Dahlan hanya tersenyum dengan tatapan haru dan menganggukan kepala sekali. Iwan lalu melihat lagi ibunya. Ia tampak mendekati Kinanti (Track Out)

DISSOLVE TO

24. INT. RUANG DEPAN,MEJA. SIANG
CAST: IWAN

Iwan sedang menggetok paku ke dinding, lalu Iwan mengambil sebuah bingkai foto dan kemudian di cantolkannya di dinding itu. Iwan melihat bingkai foto itu dengan wajah yang puas dan lega, lalu iwan pergi dari depan bingkai foto. Ternyata Foto itu adalah foto Iwan, Dahlan dan Kinanti. Iwan dan Dahlan mengapit Kinanti. Kinanti tampak cuek namun tersenyum ke arah boneka yang dibawanya. Iwan dan Dahlan tampak tersenyum.


Kamis, 22 Mei 2014

Skenario "Senja Menjawab"

SKENARIO “SENJA MENJAWAB” DRAF#3
Adaptasi dari sebuah cerpen karya Amir Hifzillah berjudul Hafsah dan Replika Purnama.

Establish jam Gadang Bukit Tinggi dan suasana sekitarnya

Mobil travel sedang berjalan di jalanan lintas daerah

Mobil travel memasuki jalanan desa

Hanafi memlihat suasana desa lewat jendela mobil travel

Establis suasana desa

01. EXT. RUMAH HANAFI, DEPAN HALAMAN – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, & BEBERAPA SODARA HANAFI
Mobil travel berhenti di sebuah rumah yang sederhana, rumah khas orang-orang minang yaitu rumah gadang, Hanafi pun turun dari mobil travel dan segera di sambut oleh Ibu Rohma, Dian serta para saudaranya yang sudah menunggu kehadiran Hanfi sejak tadi.

HANAFI
(turun dari mobil, lalu berjalan menuju Ibu Rohma & Dian dan para Saudara-saudaranya)

“assalammualaikum, Ibu, Ade, dan semuanya...”

IBU ROHMA, DIAN, & SAUDARA-SAUDARANYA
(membalas salam Hanafi)
“Walaikumsallam...”

Hanafi memeluk Ibu Rohma dan Dian serta menyapa semua saudara yang sudah menunggu kedatangan Hanafi dan mereka semua masuk kedalam rumah.

Establis suasana rumah yang sedang ramai persiapan syukuran
02. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS RUMAH – SIANG (14.30)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, HASAN.
Hanafi sedang duduk menikmati suasana desa dari teras rumahnya, Ibu Rohma dan Dian datang membawa segelas teh hangat dan kue untuk Hanafi, sambil Hanafi menikmati suguhan yang diberikan Hanafi, Ibu Rohma dan Dian berbicara satu sama lainnya dengan sangat hangat sambil melapas kerinduan.

IBU ROHMA
(sambil menaruh the hangat)

“nah ini nak di minum dulu mumpung masih hangat, Dian mana kuenya cepat bawa kesini”

DIAN
(membawa kue sambil terburu-buru)

“iya ibu, sabar...”

HANAFI
“sudah ibu dan dian tenang saja, aku jadi tidak enak karna merepotkan”

IBU ROHMA
“tidak apa-apa nak,ibu senang karna ibu kangen sekali dengan kamu”

DIAN
“iya mas biarkan saja, kita kan sudah lama tidak bertemu, iya kan bu?”

IBU ROHMA
“iya benar itu, dan ibu juga bangga kamu sudah menjadi sarjana”

HANAFI
“iya terimakasih ya ibu dan dian, berkat doa kalian juga aku bisa jadi sarjana”

DIAN
(meledek)

“iya mas sama-sama, dian juga bangga punya kakak yang sudah menjadi sarjana sastra pasti banyak wanita yang suka karna kakak romantic lewat kata-kata hahahaha...”

HANAFI
(wajah malu)

“ah hanya biasa-biasa saja”

IBU ROHMA
“benar itu ade kamu, gimana kamu sudah punya kekasih semenjak kuliah di Jakarta? Soalnya kamu dari dulu belum punya kekasih”

DIAN
“iya mas sudah punya kekasih belum?”

HANAFI
(ragu dan malu)

“belum, soalnya aku tidak memikirkan itu hanya memikirkan kuliah dan kuliah agar cepat lulus seperti sekarang, soalnya aku ingat pesan almarhum bapak harus focus agar sukses”

IBU ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga cepat dapat kekasih dan kalau bisa sekaligus menjadi pendamping hidup kamu”

HANAFI
“amin... terimakasih bu”

Lalu Hanafi, Dian. dan Ibu Rohma di kagetkan dengan teriakan seorang pria mengucapkan salam dan membunyikan bell sepeda kumbang dari arah depan rumahnya, Hanafi penasaran lalu berdiri dari bangku dan melihat kedepan rumahnya ternyata itu adalah Hasan sahabat sejak kecil Hanafi yang sudah lama tidak dia jumpai.

HASAN
(sambil membunyikan bell sepeda)

“assalammualaikum... assalammualaikum...”

HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
“walaikumsallam...”

HANAFI
“astaga ternyata kamu san...”

HASAN
“hei hanafi, ayo kita berkeliling desa naik sepeda kumbang ku ini”

HANAFI
(berlari menuju hasan, berpamitan kepada Ibu Rohma dan Dian)
“ibu... ade... aku pergi dulu ya”

IBU ROHMA
“iya hati-hati ya”
Hanafi dan Hasan pergi menaiki sepeda kumbang berkeliling desa.

03. EXT. JALANAN PEDESAAN – SORE (15.00)
CAST : HANAFI, HASAN
Hasan mengoes sepeda kumbang dengan santai, Hanafi yang di boncengi oleh Hasan hanya diam dan melihat pemandangan di sekitarnya. Hanafi dan Hasan melewati jalalanan desa di tengah permukiman warga. Setiap orang yang berpapasan selalu di tegur dengan ramah dan saling berukat senyuman.

04. EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, HASAN, HAFSAH
Hanafi dan Hasan duduk di bangku yang terbuat dari bampu dan mempunyai senderan di belakangnya. Bangku itu di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang, dan berada di pinggir jalan desa namun di tengah persawahan yang luas.

HASAN
“hebat sekali sahabat ku ini sudah menjadi sarjana, sementara aku seperti ini saja berkebun diladang”

HANAFI
“ah biasa saja san, kamu jangan bicara seperti itu aku yakin kamu bisa sukses”

HASAN
“haha bisa saja kamu, ngomong-ngomong kamu disana punya pacar tidak? Soalnya kamu dari dulu tidak punya pacar”

HANAFI
“kenapa pertanyaan kamu jadi kesana haha... aku tidak punya pacar san aku focus kuliah dan menitih karir agar cepat sukses, nanti juga pasangan hidup akan datang sendiri jadi santai saja”

HASAN
“bisa saja alasan kamu han, nanti aku kenalin sama kembang desa disini namanya Hafsah, dia manis sekali seperti malaikat dan hatinya semurni surga”

HANAFI
“ngomong apa si kamu, palingan juga wanita itu biasa saja hanya kamu yang melebih-lebihkannya.

HASAN
“ya sudah kalau kamu tidak percaya”

Saat Hanafi dan Hasan membicarakan soal Hafsah, Hasan melihat seorang wanita berkerudung berjalan kearah mereka, lalu Hasan memberi tau kepada Hanafi bahwa wanita yang bernama Hafsah sedang berjalan menuju mereka.

HASAN
(sambil menunjuk kearah Hafsah)
“eh han itu tuh wanita yang ku ceritakan bernama Hafsah”

HANAFI
(melihat dan terpukau)

Saat Hanafi melihat sosok Hafsah langsung terpukau dan enggan memalingkan pandangannya. Saat Hafsah melintas dihadapan mereka Hasan dengan respon cepat menegur Hafsah dan dibalas dengan lembut oleh Hafsah, namun Hanfi hanya bertukar senyum dengan Hafsah.

HASAN
“Hafsah mau kemana?”

HAFSAH
(sambil memberikan senyuman)

“mau pulang mas, deluan ya”

HASAN
“hati-hati ya Hafsah”

Hanfi pun semakin terpesona. Hasan menegor dengan mengkagetkan Hanafi yang sedang terpanah dengan Hafsah, lalu Hasan mengajak Hanafi pulang karna harus mempersiapkan acara syukuran.

HANAFI
(terpaku melihat Hafsah)

HASAN
(menegor Hanafi)

“eh ayo pulang, katanya kamu tidak tertarik dengan Hafsah huh”

HANAFI
(tersipu malu)
Hanafi dan Hasan menaiki sepeda dan bergegas pulang menuju rumah Hanafi.

05. INT. RUMAH HANAFI – MALAM (19.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, IBU HANAFI, DIAN, HANAFI, PARA TAMU UNDANGAN

Rumah Hanafi sudah ramai dengan para tamu undangan, beberapa saat lagi acara syukuran akan di mulai, semua orang yang berada didalam rumah Hanafi terpaku dengan suara salam seorang dari luar pintu rumah.

HAFSAH
“assalammualaikum”

Suara itu ternyata adalah Hafsah lalu menjadi pusat perhatian. Hanafi yang melihat Hafsah begitu senang terlihat dari ekpresi senyumnya. Hasan mengetahuinya namun hanya meyimak tingkah laku Hanafi.

Hafsah masuk dan duduk di samping Dian dan Ibu Rohma, Hafsah dan Hanafi saling bertukar pandangan sambil bertukar senyuman satu sama lainnya tingkah laku mereka di perhatikan oleh Dian dan mengerti maksud dari tingkah mereka berdua. Acara pun di mulai dengan sangat hikmat, lalu acara di lanjutkan dengan menyantap makanan yang sudah di sediakan.

06. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS RUMAH (20.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, DIAN, HASAN
Hanafi dan Hasan sedang duduk-duduk santai di teras rumah sambil berbincang-bincang.

HANAFI
(memperhatikan Hafsah dari jauh)

HASAN
(menggoda Hanafi)

“lagi lihat apa kamu?”

HANAFI
(kaget)

“tidak, tidak lihat apa-apa”

HASAN
“sudah jangan bohong kamu suka kan sama Hafsah?”

HANAFI
(sedikit ragu)

“iya aku suka sama dia dan perasaan kaya gini pertama kalinya aku rasain, menurut kamu gimana san?”

HASAN
“yaudah kamu deketin saja, aku dukung dan doakan kamu sobat”

Sedang asik santai Hanafi dan Hasan di datangi oleh Dian bersama Hafsah, Dian mengenalkan Hanafi kepada Hafsah. Setelah berkenalan Hafsah pamit.

DIAN
(datang bersama Hafsah)

“mas Hanafi ini kenalkan teman aku Hafsah”

HANAFI
(sambil melempar senyum)

“salam kenal Hafsah, aku Hanafi”

HAFSAH
(membalas senyum)

DIAN
“Dian ini mas temen aku main aku sejak mas kuliah ke Jakarta, Hafsah datang ke desa kita bersama orang tuanya buat tinggal disini, makannya mas baru lihat bahwa didesa ini ada wanita semanis Hafsah”

HAFSAH
(tersipu malu)

“apa si kamu dian, oia kalo gitu aku sekalian pamit karna sudah malam takut bapak mencari aku”

HANAFI
“kalo gitu boleh aku antar kamu pulang ke rumah”

HAFSAH
(berfikir dan diam)

DIAN
(membantu Hanafi)

“iya di anter sama mas hanafi saja”

HASAN
(membantu Hanafi)
“benar itu, kan sudah malam juga jadi biar di antar”

HANAFI
(menyakinkan Hafsah)

“gimana Hafsah?”

HAFSAH
(tersenyum dan menganggung mengisyaratkan mau di antar)

mereka berdua berjalan bersama menelusuri jalan. Wajah Dian dan Hasan senang lalu Ibu Rohma datang dan melihat Hanafi dan Hafsah berjalan bersama.

07. EXT. JALANAN PEDESAAN – MALAM (20.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH
Sambil memgang obor Hanafi dan Hafsah berjalan berdampingan menyusuri jalanan desa, awalnya mereka berdua saling membisu namun Hanafi membernikan diri dan bertanya untuk membuka perbincangan mereka.

HANAFI
(sedikit ragu)

“Hafsah tadi sore kita bertemu ya”

HAFSAH
“iya, kamu yang sama Hasankan? Ternyata kamu yang sarjana sastra itu”

HANAFI
“iya itu aku hehe...”

HAFSAH
“berarti bisa nulis tulisan kata-kata indah ya?”

HANAFI
“ah engga juga, bisa saja kamu”

Tampak obrolan mereka semakin akrab dan sepanjang perjalanan menuju rumah Hafsah mereka membicarakan hal ini dan itu sangat akrab.

08. EXT. RUMAH HAFSAH – MALAM (21.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH
tak terasa langkah kaki sudah mengantarkan Hanafi dan Hafsah didepan rumah Hafsah, lalu Hafsah masuk kedalam rumah.

HAFSAH
“nah ini rumah aku, terimakasih sudah mengantar aku sampe rumah”

HANAFI
“iya sama-sama Hafsah, aku pamit pulang ya, assalammualaikum”

HAFSAH
(sambil masuk ke rumah)

“iya hati-hati ya mas, walaikumsallam”

HANAFI
(sedikit ragu)

“eh Hafsah maaf ada yang mau aku tanyakan”

HAFSAH
(penasaran)

“Tanya apa mas?”

HANAFI
(ragu untuk mengungkapkan)

“apakah kamu sudah punya kekasih?”

HAFSAH
(hanya diam, lalu membalas dengan senyuman dan masuk ke dalam rumah)

Hanafi membalas senyuman Hafsah, dan wajah yang bingung. Hanafi berjalan meninggalkan rumah Hafsah untuk pulang.

Establis suasana pagi desa

09. INT. RUMAH HANAFI, RUANG KELUARGA – PAGI (10.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
Dian sedang asik menonton TV di ruang keluarga lalu Hanafi keluar dari kamar dengan muka bantal karna baru bangun tidur, dan langsung duduk disamping Dian.

DIAN
“gimana mas semalam dengan Hafsah”

HANAFI
(hanya diam saja)

DIAN
“mas kok diam, gimana mas, ayo cerita”
Ibu Rohma yang dari tadi menguping dari dapur datang ke ruang keluarga dengan membawa secangkir air putih untuk Hanafi

IBU ROHMA
(datang dari dapur dan membawa segelas air putih)

“iya han coba ceritakan ke ibu dan ade mu gimana semalam kamu dengan Hafsah”

HANAFI
“iya gitu bu, aku anterin dia pulang, ngobrol ini dan itu lalu aku Tanya dia punya kekasih taua belum tapi dia Cuma menjawab dengan senyuman”

DIAN
“mungkin dia kasih senyuman ke mas itu tanda buat mas buat deketin dia mas”

HANAFI
“mungkin bisa jadi seperti itu”

IBU ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga kamu bisa ngedeketin dia dan jadi kekasihnya kalo bisa sekalian menikah, amin”

HANAFI
(sambil berdiri lalu berjalan menuju dapur)
“amin”

DIAN
“lalu bagaimana cara mas mendekati Hafsah?”

HANAFI
(percaya diri)

“dengan surat berisikan kata-kata cinta yang menghanyutkan”
saat mendengar itu Ibu Rohma dan Dian tersenyum dan tertawa.

10. INT. RUMAH HANAFI, KAMAR HANAFI – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI
Hanafi duduk di atas meja dan berhadpaan dengan sebuah kertas kosong di atas meja, Hanafi memutar-mutarkan pulpen di jarinya. Menggigit ujung pulpen, dan akhirnya mulai menulis dan setelah selesai menulis Hanafi keluar dari kamarnya lalu pergi ke rumah Hafsah.

11. EXT. RUMAH HAFSAH, TERAS RUMAH – SORE (15.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH, AYAH HAFSAH
Hanafi berdiri didepan rumah Hafsah dan mengucapkan salam memanggil Hfasah.

HANAFI
“Assalammualaikum”

AYAH HAFSAH
“Walaikumsallam, cari siapa nak?”

HANAFI
“saya mau bertemu Hafsah untuk memberikan sesuatu kepada dia”

AYAH HAFSAH
“yasudah silahkan masuk duduk disini sebenar ya, saya panggilkan Hafsah dulu”

HANAFI
“maaf bapak ini siapa ya?”

AYAH HAFSAH
“saya ini ayahnya Hafsah”

HANAFI
“oh ayahnya Hafsah, salam kenal pak saya Hanafi anaknya ibu Rohma”

AYAH HAFSAH
“oh anaknya Ibu Rohma, yausah dilahkan duduk saya panggilkan dulu Hafsahnya”

HANAFI
“iya pak terimakasih”

Ayah Hafsah masuk dan memanggil Hafsah, Hafsah langsung keluar dan menemui Hanafi.

HANAFI
(sedikit gelisah)

HAFSAH
“ada apa mas kesini?”

HANAFI
(sedikit terburu-buru)

“tidak aku hanya ingin memberikan surat ini kepada kamu, mohon untuk di baca dan sesegera mungkin di balas, aku langsung pamit ya, Assalammualaikum”

HAFSAH
“walaikumsallam”
Hanafi meninggalkan rumah Hafsan lalu Hafsah berjalan memasuki rumah.

12. INT. RUMAH HAFSAH, KAMAR HAFSAH – SORE (16.30)
CAST : HAFSAH
Hafsah masuk kedalam kamar dengan membawa surat yang diberikan oleh Hanafi, dia duduk di pinggir kasur dan perlahan membuka surat itu lalu membacanya dengan sangat serius.

V.O HANAFI
ISI SURAT HANAFI

“awalnya aku pria bodoh di muka bumi ini yang tidak sedikitpun mengenal cinta, bahkan mencicipi cita bersama kasihsayang wanita didalamnya. Aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan kepentingan hati nurani, namun saat aku melihat kamu dan mengenal kamu semua itu berubah semuanya menjadi baru karna harus aku akui bahwa aku jatuh cinta kepada bidadari yang diturunkan oleh Allah untuk aku, bidadari itu adalah kamu, aku ingin kamu menjadi pendamping hidup aku. Mungkin terlalu cepat namun hati aku berbicara demikian, jawab semuanya dengan balasan surat ini dan temui aku di senja tempat pertama kali kita bertemu aku akan selalu menunggu sampai kamu membalasnya, Hanafi”

MONTAGE :
Masih pada gambar dari scene sebelumnya saat Hafsah membaca surat lalu keluar suara VO Hanafi yang membacakan isi surat yang diberikan kepada Hafsah, dan suara VO di tambah juga dengan backsound (musik) yang membawa suasana serta mood, keseluruhan suara VO dan Backsound (musik) mengiringi setiap adegan didalam adegan Montage, yaitu :
-       
  EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI
Hanafi datang ke tempat perjanjian untuk bertemu yang Hanafi beritahukan didalam surat. Hanafi duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, berjalan mondar mandir, jongkok melihat kanan dan kiri. namun hamper malam Hafsah belum datang juga dan Hanafi memutuskan untuk pergi
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Hafsah sambil tiduran membaca surat yang diberikan oleh Hanafi
-        EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI

Hanafi kembali datang ke tempat perjanjian untuk menunggu Hafsah dan duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, sesekali menguap, dan akhirnya Hanafi tertidur di atas bangku sampai mata hari terbenam.
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Didalam kamar di meja belajarnya dia membaca surat yang di berikan Hanafi
-        INT. KAMAR HANAFI – MALAM
CAST : HANAFI
Hanafi didalam kamar sedang sholat.
-        INT. KAMAR HAFSAH – MALAM
CAST : HAFSAH

Hafsah didalam kamarnya juga sedang sholat.
-        EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI

Hanafi kembali mendatangi tempat perjanjian dan menunggu Hafsah untuk datang
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Hafsah didalam kamar sedang menuliskan surat balasan untuk Hanafi, setelah selesai menulis. Hafsah di panggil Ayahnya.

AYAH HAFSAH
(dari luar kamar)

“Hafsah ayo keluar nak, ini Reno sudah menunggu”

sambil melipat surat dengan wajah sedih mata yang berkaca-kaca . Hafsah segera bergegas kerluar dari kamarnya.

13. EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, DIAN
Dibawah sinar senja Hanafi menunggu balasan surat dan kedatangan Hafsah. lalu di kejauhan Hanafi melihat Dina berjalan menuju kearahnya, saat Dian tiba seketika memberikan sepucuk surat lalu bergegas pergi meninggalkan Hanafi.
Hanafi membolak balikan surat. Lalu perlahan membuka surat yang di berikan Dian dan kemudian membacanya.

V.O HAFSAH
ISI SURAT HAFSAH
“didalam hati kecil ku ini, aku tidak bisa membohongi rasa bahwa aku juga suka dengan kamu, namun bukan aku tidak menghormati perasaan kamu namun aku harus mengabdi kepada Allah dan Ayah ku karna aku sudah di pinang oleh pria lain. Tapi aku percaya dimasa dan kehidupan lain kita akan bertemu dan melebur menjadi satu cinta yang utuh”

Lalu setelah selesai membaca Hanafi hanya bisa tersenyum dan menikmati senja sendirian.

BLACK SCREEN

TEKS LINE “Cinta pertama tidak selalu indah, tetapi kita dapat belajar dari pengalaman cinta pertama kita”


THE END