SKENARIO “SENJA MENJAWAB” DRAF#3
Adaptasi dari sebuah cerpen karya Amir Hifzillah berjudul Hafsah dan Replika Purnama.
Adaptasi dari sebuah cerpen karya Amir Hifzillah berjudul Hafsah dan Replika Purnama.
Establish
jam Gadang Bukit Tinggi dan suasana sekitarnya
Mobil
travel sedang berjalan di jalanan lintas daerah
Mobil
travel memasuki jalanan desa
Hanafi
memlihat suasana desa lewat jendela mobil travel
Establis
suasana desa
01. EXT. RUMAH HANAFI, DEPAN
HALAMAN – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, & BEBERAPA SODARA HANAFI
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, & BEBERAPA SODARA HANAFI
Mobil
travel berhenti di sebuah rumah yang sederhana, rumah khas orang-orang minang
yaitu rumah gadang, Hanafi pun turun dari mobil travel dan segera di sambut
oleh Ibu Rohma, Dian serta para saudaranya yang sudah menunggu kehadiran Hanfi
sejak tadi.
HANAFI
(turun dari mobil, lalu berjalan menuju Ibu Rohma & Dian dan para Saudara-saudaranya)
“assalammualaikum, Ibu, Ade, dan semuanya...”
(turun dari mobil, lalu berjalan menuju Ibu Rohma & Dian dan para Saudara-saudaranya)
“assalammualaikum, Ibu, Ade, dan semuanya...”
IBU
ROHMA, DIAN, & SAUDARA-SAUDARANYA
(membalas salam Hanafi)
“Walaikumsallam...”
(membalas salam Hanafi)
“Walaikumsallam...”
Hanafi memeluk Ibu Rohma dan Dian serta
menyapa semua saudara yang sudah menunggu kedatangan Hanafi dan mereka semua
masuk kedalam rumah.
Establis
suasana rumah yang sedang ramai persiapan syukuran
02. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS
RUMAH – SIANG (14.30)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, HASAN.
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, HASAN.
Hanafi
sedang duduk menikmati suasana desa dari teras rumahnya, Ibu Rohma dan Dian
datang membawa segelas teh hangat dan kue untuk Hanafi, sambil Hanafi menikmati
suguhan yang diberikan Hanafi, Ibu Rohma dan Dian berbicara satu sama lainnya
dengan sangat hangat sambil melapas kerinduan.
IBU
ROHMA
(sambil menaruh the hangat)
“nah ini nak di minum dulu mumpung masih hangat, Dian mana kuenya cepat bawa kesini”
(sambil menaruh the hangat)
“nah ini nak di minum dulu mumpung masih hangat, Dian mana kuenya cepat bawa kesini”
DIAN
(membawa kue sambil terburu-buru)
“iya ibu, sabar...”
(membawa kue sambil terburu-buru)
“iya ibu, sabar...”
HANAFI
“sudah ibu dan dian tenang saja, aku jadi tidak enak karna merepotkan”
“sudah ibu dan dian tenang saja, aku jadi tidak enak karna merepotkan”
IBU
ROHMA
“tidak apa-apa nak,ibu senang karna ibu kangen sekali dengan kamu”
“tidak apa-apa nak,ibu senang karna ibu kangen sekali dengan kamu”
DIAN
“iya mas biarkan saja, kita kan sudah lama tidak bertemu, iya kan bu?”
“iya mas biarkan saja, kita kan sudah lama tidak bertemu, iya kan bu?”
IBU
ROHMA
“iya benar itu, dan ibu juga bangga kamu sudah menjadi sarjana”
“iya benar itu, dan ibu juga bangga kamu sudah menjadi sarjana”
HANAFI
“iya terimakasih ya ibu dan dian, berkat doa kalian juga aku bisa jadi sarjana”
“iya terimakasih ya ibu dan dian, berkat doa kalian juga aku bisa jadi sarjana”
DIAN
(meledek)
“iya mas sama-sama, dian juga bangga punya kakak yang sudah menjadi sarjana sastra pasti banyak wanita yang suka karna kakak romantic lewat kata-kata hahahaha...”
(meledek)
“iya mas sama-sama, dian juga bangga punya kakak yang sudah menjadi sarjana sastra pasti banyak wanita yang suka karna kakak romantic lewat kata-kata hahahaha...”
HANAFI
(wajah malu)
“ah hanya biasa-biasa saja”
(wajah malu)
“ah hanya biasa-biasa saja”
IBU
ROHMA
“benar itu ade kamu, gimana kamu sudah punya kekasih semenjak kuliah di Jakarta? Soalnya kamu dari dulu belum punya kekasih”
“benar itu ade kamu, gimana kamu sudah punya kekasih semenjak kuliah di Jakarta? Soalnya kamu dari dulu belum punya kekasih”
DIAN
“iya mas sudah punya kekasih belum?”
“iya mas sudah punya kekasih belum?”
HANAFI
(ragu dan malu)
“belum, soalnya aku tidak memikirkan itu hanya memikirkan kuliah dan kuliah agar cepat lulus seperti sekarang, soalnya aku ingat pesan almarhum bapak harus focus agar sukses”
(ragu dan malu)
“belum, soalnya aku tidak memikirkan itu hanya memikirkan kuliah dan kuliah agar cepat lulus seperti sekarang, soalnya aku ingat pesan almarhum bapak harus focus agar sukses”
IBU
ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga cepat dapat kekasih dan kalau bisa sekaligus menjadi pendamping hidup kamu”
“yasudah ibu doakan semoga cepat dapat kekasih dan kalau bisa sekaligus menjadi pendamping hidup kamu”
HANAFI
“amin... terimakasih bu”
“amin... terimakasih bu”
Lalu
Hanafi, Dian. dan Ibu Rohma di kagetkan dengan teriakan seorang pria
mengucapkan salam dan membunyikan bell sepeda kumbang dari arah depan rumahnya,
Hanafi penasaran lalu berdiri dari bangku dan melihat kedepan rumahnya ternyata
itu adalah Hasan sahabat sejak kecil Hanafi yang sudah lama tidak dia jumpai.
HASAN
(sambil membunyikan bell sepeda)
“assalammualaikum... assalammualaikum...”
(sambil membunyikan bell sepeda)
“assalammualaikum... assalammualaikum...”
HANAFI,
IBU ROHMA, DIAN
“walaikumsallam...”
“walaikumsallam...”
HANAFI
“astaga ternyata kamu san...”
“astaga ternyata kamu san...”
HASAN
“hei hanafi, ayo kita berkeliling desa naik sepeda kumbang ku ini”
“hei hanafi, ayo kita berkeliling desa naik sepeda kumbang ku ini”
HANAFI
(berlari menuju hasan, berpamitan kepada Ibu Rohma dan Dian)
(berlari menuju hasan, berpamitan kepada Ibu Rohma dan Dian)
“ibu... ade... aku pergi dulu ya”
IBU
ROHMA
“iya hati-hati ya”
“iya hati-hati ya”
Hanafi
dan Hasan pergi menaiki sepeda kumbang berkeliling desa.
03. EXT. JALANAN PEDESAAN –
SORE (15.00)
CAST : HANAFI, HASAN
CAST : HANAFI, HASAN
Hasan
mengoes sepeda kumbang dengan santai, Hanafi yang di boncengi oleh Hasan hanya
diam dan melihat pemandangan di sekitarnya. Hanafi dan Hasan melewati jalalanan
desa di tengah permukiman warga. Setiap orang yang berpapasan selalu di tegur
dengan ramah dan saling berukat senyuman.
04. EXT. JALANAN DESA DI TENGAH
SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, HASAN, HAFSAH
CAST : HANAFI, HASAN, HAFSAH
Hanafi
dan Hasan duduk di bangku yang terbuat dari bampu dan mempunyai senderan di
belakangnya. Bangku itu di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang, dan
berada di pinggir jalan desa namun di tengah persawahan yang luas.
HASAN
“hebat sekali sahabat ku ini sudah menjadi sarjana, sementara aku seperti ini saja berkebun diladang”
“hebat sekali sahabat ku ini sudah menjadi sarjana, sementara aku seperti ini saja berkebun diladang”
HANAFI
“ah biasa saja san, kamu jangan bicara seperti itu aku yakin kamu bisa sukses”
“ah biasa saja san, kamu jangan bicara seperti itu aku yakin kamu bisa sukses”
HASAN
“haha bisa saja kamu, ngomong-ngomong kamu disana punya pacar tidak? Soalnya kamu dari dulu tidak punya pacar”
“haha bisa saja kamu, ngomong-ngomong kamu disana punya pacar tidak? Soalnya kamu dari dulu tidak punya pacar”
HANAFI
“kenapa pertanyaan kamu jadi kesana haha... aku tidak punya pacar san aku focus kuliah dan menitih karir agar cepat sukses, nanti juga pasangan hidup akan datang sendiri jadi santai saja”
“kenapa pertanyaan kamu jadi kesana haha... aku tidak punya pacar san aku focus kuliah dan menitih karir agar cepat sukses, nanti juga pasangan hidup akan datang sendiri jadi santai saja”
HASAN
“bisa saja alasan kamu han, nanti aku kenalin sama kembang desa disini namanya Hafsah, dia manis sekali seperti malaikat dan hatinya semurni surga”
“bisa saja alasan kamu han, nanti aku kenalin sama kembang desa disini namanya Hafsah, dia manis sekali seperti malaikat dan hatinya semurni surga”
HANAFI
“ngomong apa si kamu, palingan juga wanita itu biasa saja hanya kamu yang melebih-lebihkannya.
“ngomong apa si kamu, palingan juga wanita itu biasa saja hanya kamu yang melebih-lebihkannya.
HASAN
“ya sudah kalau kamu tidak percaya”
“ya sudah kalau kamu tidak percaya”
Saat
Hanafi dan Hasan membicarakan soal Hafsah, Hasan melihat seorang wanita
berkerudung berjalan kearah mereka, lalu Hasan memberi tau kepada Hanafi bahwa wanita
yang bernama Hafsah sedang berjalan menuju mereka.
HASAN
(sambil menunjuk kearah Hafsah)
“eh han itu tuh wanita yang ku ceritakan bernama Hafsah”
(sambil menunjuk kearah Hafsah)
“eh han itu tuh wanita yang ku ceritakan bernama Hafsah”
HANAFI
(melihat dan terpukau)
(melihat dan terpukau)
Saat
Hanafi melihat sosok Hafsah langsung terpukau dan enggan memalingkan
pandangannya. Saat Hafsah melintas dihadapan mereka Hasan dengan respon cepat menegur
Hafsah dan dibalas dengan lembut oleh Hafsah, namun Hanfi hanya bertukar senyum
dengan Hafsah.
HASAN
“Hafsah mau kemana?”
“Hafsah mau kemana?”
HAFSAH
(sambil memberikan senyuman)
“mau pulang mas, deluan ya”
(sambil memberikan senyuman)
“mau pulang mas, deluan ya”
HASAN
“hati-hati ya Hafsah”
“hati-hati ya Hafsah”
Hanfi
pun semakin terpesona. Hasan menegor dengan mengkagetkan Hanafi yang sedang
terpanah dengan Hafsah, lalu Hasan mengajak Hanafi pulang karna harus
mempersiapkan acara syukuran.
HANAFI
(terpaku melihat Hafsah)
(terpaku melihat Hafsah)
HASAN
(menegor Hanafi)
“eh ayo pulang, katanya kamu tidak tertarik dengan Hafsah huh”
(menegor Hanafi)
“eh ayo pulang, katanya kamu tidak tertarik dengan Hafsah huh”
HANAFI
(tersipu malu)
(tersipu malu)
Hanafi
dan Hasan menaiki sepeda dan bergegas pulang menuju rumah Hanafi.
05. INT. RUMAH HANAFI – MALAM
(19.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, IBU HANAFI, DIAN, HANAFI, PARA TAMU UNDANGAN
CAST : HANAFI, HAFSAH, IBU HANAFI, DIAN, HANAFI, PARA TAMU UNDANGAN
Rumah
Hanafi sudah ramai dengan para tamu undangan, beberapa saat lagi acara syukuran
akan di mulai, semua orang yang berada didalam rumah Hanafi terpaku dengan
suara salam seorang dari luar pintu rumah.
HAFSAH
“assalammualaikum”
“assalammualaikum”
Suara
itu ternyata adalah Hafsah lalu menjadi pusat perhatian. Hanafi yang melihat
Hafsah begitu senang terlihat dari ekpresi senyumnya. Hasan mengetahuinya namun
hanya meyimak tingkah laku Hanafi.
Hafsah
masuk dan duduk di samping Dian dan Ibu Rohma, Hafsah dan Hanafi saling
bertukar pandangan sambil bertukar senyuman satu sama lainnya tingkah laku
mereka di perhatikan oleh Dian dan mengerti maksud dari tingkah mereka berdua.
Acara pun di mulai dengan sangat hikmat, lalu acara di lanjutkan dengan
menyantap makanan yang sudah di sediakan.
06. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS
RUMAH (20.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, DIAN, HASAN
CAST : HANAFI, HAFSAH, DIAN, HASAN
Hanafi
dan Hasan sedang duduk-duduk santai di teras rumah sambil berbincang-bincang.
HANAFI
(memperhatikan Hafsah dari jauh)
(memperhatikan Hafsah dari jauh)
HASAN
(menggoda Hanafi)
“lagi lihat apa kamu?”
(menggoda Hanafi)
“lagi lihat apa kamu?”
HANAFI
(kaget)
“tidak, tidak lihat apa-apa”
(kaget)
“tidak, tidak lihat apa-apa”
HASAN
“sudah jangan bohong kamu suka kan sama Hafsah?”
“sudah jangan bohong kamu suka kan sama Hafsah?”
HANAFI
(sedikit ragu)
“iya aku suka sama dia dan perasaan kaya gini pertama kalinya aku rasain, menurut kamu gimana san?”
(sedikit ragu)
“iya aku suka sama dia dan perasaan kaya gini pertama kalinya aku rasain, menurut kamu gimana san?”
HASAN
“yaudah kamu deketin saja, aku dukung dan doakan kamu sobat”
“yaudah kamu deketin saja, aku dukung dan doakan kamu sobat”
Sedang
asik santai Hanafi dan Hasan di datangi oleh Dian bersama Hafsah, Dian
mengenalkan Hanafi kepada Hafsah. Setelah berkenalan Hafsah pamit.
DIAN
(datang bersama Hafsah)
“mas Hanafi ini kenalkan teman aku Hafsah”
(datang bersama Hafsah)
“mas Hanafi ini kenalkan teman aku Hafsah”
HANAFI
(sambil melempar senyum)
“salam kenal Hafsah, aku Hanafi”
(sambil melempar senyum)
“salam kenal Hafsah, aku Hanafi”
HAFSAH
(membalas senyum)
(membalas senyum)
DIAN
“Dian ini mas temen aku main aku sejak mas kuliah ke Jakarta, Hafsah datang ke desa kita bersama orang tuanya buat tinggal disini, makannya mas baru lihat bahwa didesa ini ada wanita semanis Hafsah”
“Dian ini mas temen aku main aku sejak mas kuliah ke Jakarta, Hafsah datang ke desa kita bersama orang tuanya buat tinggal disini, makannya mas baru lihat bahwa didesa ini ada wanita semanis Hafsah”
HAFSAH
(tersipu malu)
“apa si kamu dian, oia kalo gitu aku sekalian pamit karna sudah malam takut bapak mencari aku”
(tersipu malu)
“apa si kamu dian, oia kalo gitu aku sekalian pamit karna sudah malam takut bapak mencari aku”
HANAFI
“kalo gitu boleh aku antar kamu pulang ke rumah”
“kalo gitu boleh aku antar kamu pulang ke rumah”
HAFSAH
(berfikir dan diam)
(berfikir dan diam)
DIAN
(membantu Hanafi)
“iya di anter sama mas hanafi saja”
(membantu Hanafi)
“iya di anter sama mas hanafi saja”
HASAN
(membantu Hanafi)
“benar itu, kan sudah malam juga jadi biar di antar”
(membantu Hanafi)
“benar itu, kan sudah malam juga jadi biar di antar”
HANAFI
(menyakinkan Hafsah)
“gimana Hafsah?”
(menyakinkan Hafsah)
“gimana Hafsah?”
HAFSAH
(tersenyum dan menganggung mengisyaratkan mau di antar)
(tersenyum dan menganggung mengisyaratkan mau di antar)
mereka
berdua berjalan bersama menelusuri jalan. Wajah Dian dan Hasan senang lalu Ibu
Rohma datang dan melihat Hanafi dan Hafsah berjalan bersama.
07. EXT. JALANAN PEDESAAN –
MALAM (20.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH
CAST : HANAFI, HAFSAH
Sambil
memgang obor Hanafi dan Hafsah berjalan berdampingan menyusuri jalanan desa,
awalnya mereka berdua saling membisu namun Hanafi membernikan diri dan bertanya
untuk membuka perbincangan mereka.
HANAFI
(sedikit ragu)
“Hafsah tadi sore kita bertemu ya”
(sedikit ragu)
“Hafsah tadi sore kita bertemu ya”
HAFSAH
“iya, kamu yang sama Hasankan? Ternyata kamu yang sarjana sastra itu”
“iya, kamu yang sama Hasankan? Ternyata kamu yang sarjana sastra itu”
HANAFI
“iya itu aku hehe...”
“iya itu aku hehe...”
HAFSAH
“berarti bisa nulis tulisan kata-kata indah ya?”
“berarti bisa nulis tulisan kata-kata indah ya?”
HANAFI
“ah engga juga, bisa saja kamu”
“ah engga juga, bisa saja kamu”
Tampak
obrolan mereka semakin akrab dan sepanjang perjalanan menuju rumah Hafsah
mereka membicarakan hal ini dan itu sangat akrab.
08. EXT. RUMAH HAFSAH – MALAM
(21.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH
CAST : HANAFI, HAFSAH
tak
terasa langkah kaki sudah mengantarkan Hanafi dan Hafsah didepan rumah Hafsah,
lalu Hafsah masuk kedalam rumah.
HAFSAH
“nah ini rumah aku, terimakasih sudah mengantar aku sampe rumah”
“nah ini rumah aku, terimakasih sudah mengantar aku sampe rumah”
HANAFI
“iya sama-sama Hafsah, aku pamit pulang ya, assalammualaikum”
“iya sama-sama Hafsah, aku pamit pulang ya, assalammualaikum”
HAFSAH
(sambil masuk ke rumah)
“iya hati-hati ya mas, walaikumsallam”
(sambil masuk ke rumah)
“iya hati-hati ya mas, walaikumsallam”
HANAFI
(sedikit ragu)
“eh Hafsah maaf ada yang mau aku tanyakan”
(sedikit ragu)
“eh Hafsah maaf ada yang mau aku tanyakan”
HAFSAH
(penasaran)
“Tanya apa mas?”
(penasaran)
“Tanya apa mas?”
HANAFI
(ragu untuk mengungkapkan)
“apakah kamu sudah punya kekasih?”
(ragu untuk mengungkapkan)
“apakah kamu sudah punya kekasih?”
HAFSAH
(hanya diam, lalu membalas dengan senyuman dan masuk ke dalam rumah)
(hanya diam, lalu membalas dengan senyuman dan masuk ke dalam rumah)
Hanafi
membalas senyuman Hafsah, dan wajah yang bingung. Hanafi berjalan meninggalkan
rumah Hafsah untuk pulang.
Establis
suasana pagi desa
09. INT. RUMAH HANAFI, RUANG
KELUARGA – PAGI (10.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
Dian
sedang asik menonton TV di ruang keluarga lalu Hanafi keluar dari kamar dengan muka
bantal karna baru bangun tidur, dan langsung duduk disamping Dian.
DIAN
“gimana mas semalam dengan Hafsah”
“gimana mas semalam dengan Hafsah”
HANAFI
(hanya diam saja)
(hanya diam saja)
DIAN
“mas kok diam, gimana mas, ayo cerita”
“mas kok diam, gimana mas, ayo cerita”
Ibu
Rohma yang dari tadi menguping dari dapur datang ke ruang keluarga dengan
membawa secangkir air putih untuk Hanafi
IBU
ROHMA
(datang dari dapur dan membawa segelas air putih)
“iya han coba ceritakan ke ibu dan ade mu gimana semalam kamu dengan Hafsah”
(datang dari dapur dan membawa segelas air putih)
“iya han coba ceritakan ke ibu dan ade mu gimana semalam kamu dengan Hafsah”
HANAFI
“iya gitu bu, aku anterin dia pulang, ngobrol ini dan itu lalu aku Tanya dia punya kekasih taua belum tapi dia Cuma menjawab dengan senyuman”
“iya gitu bu, aku anterin dia pulang, ngobrol ini dan itu lalu aku Tanya dia punya kekasih taua belum tapi dia Cuma menjawab dengan senyuman”
DIAN
“mungkin dia kasih senyuman ke mas itu tanda buat mas buat deketin dia mas”
“mungkin dia kasih senyuman ke mas itu tanda buat mas buat deketin dia mas”
HANAFI
“mungkin bisa jadi seperti itu”
“mungkin bisa jadi seperti itu”
IBU
ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga kamu bisa ngedeketin dia dan jadi kekasihnya kalo bisa sekalian menikah, amin”
“yasudah ibu doakan semoga kamu bisa ngedeketin dia dan jadi kekasihnya kalo bisa sekalian menikah, amin”
HANAFI
(sambil berdiri lalu berjalan menuju dapur)
“amin”
(sambil berdiri lalu berjalan menuju dapur)
“amin”
DIAN
“lalu bagaimana cara mas mendekati Hafsah?”
“lalu bagaimana cara mas mendekati Hafsah?”
HANAFI
(percaya diri)
“dengan surat berisikan kata-kata cinta yang menghanyutkan”
(percaya diri)
“dengan surat berisikan kata-kata cinta yang menghanyutkan”
saat
mendengar itu Ibu Rohma dan Dian tersenyum dan tertawa.
10. INT. RUMAH HANAFI, KAMAR
HANAFI – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI
CAST : HANAFI
Hanafi
duduk di atas meja dan berhadpaan dengan sebuah kertas kosong di atas meja,
Hanafi memutar-mutarkan pulpen di jarinya. Menggigit ujung pulpen, dan akhirnya
mulai menulis dan setelah selesai menulis Hanafi keluar dari kamarnya lalu
pergi ke rumah Hafsah.
11. EXT. RUMAH HAFSAH, TERAS
RUMAH – SORE (15.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH, AYAH HAFSAH
CAST : HANAFI, HAFSAH, AYAH HAFSAH
Hanafi
berdiri didepan rumah Hafsah dan mengucapkan salam memanggil Hfasah.
HANAFI
“Assalammualaikum”
“Assalammualaikum”
AYAH
HAFSAH
“Walaikumsallam, cari siapa nak?”
“Walaikumsallam, cari siapa nak?”
HANAFI
“saya mau bertemu Hafsah untuk memberikan sesuatu kepada dia”
“saya mau bertemu Hafsah untuk memberikan sesuatu kepada dia”
AYAH
HAFSAH
“yasudah silahkan masuk duduk disini sebenar ya, saya panggilkan Hafsah dulu”
“yasudah silahkan masuk duduk disini sebenar ya, saya panggilkan Hafsah dulu”
HANAFI
“maaf bapak ini siapa ya?”
“maaf bapak ini siapa ya?”
AYAH
HAFSAH
“saya ini ayahnya Hafsah”
“saya ini ayahnya Hafsah”
HANAFI
“oh ayahnya Hafsah, salam kenal pak saya Hanafi anaknya ibu Rohma”
“oh ayahnya Hafsah, salam kenal pak saya Hanafi anaknya ibu Rohma”
AYAH
HAFSAH
“oh anaknya Ibu Rohma, yausah dilahkan duduk saya panggilkan dulu Hafsahnya”
“oh anaknya Ibu Rohma, yausah dilahkan duduk saya panggilkan dulu Hafsahnya”
HANAFI
“iya pak terimakasih”
“iya pak terimakasih”
Ayah
Hafsah masuk dan memanggil Hafsah, Hafsah langsung keluar dan menemui Hanafi.
HANAFI
(sedikit gelisah)
(sedikit gelisah)
HAFSAH
“ada apa mas kesini?”
“ada apa mas kesini?”
HANAFI
(sedikit terburu-buru)
“tidak aku hanya ingin memberikan surat ini kepada kamu, mohon untuk di baca dan sesegera mungkin di balas, aku langsung pamit ya, Assalammualaikum”
(sedikit terburu-buru)
“tidak aku hanya ingin memberikan surat ini kepada kamu, mohon untuk di baca dan sesegera mungkin di balas, aku langsung pamit ya, Assalammualaikum”
HAFSAH
“walaikumsallam”
“walaikumsallam”
Hanafi
meninggalkan rumah Hafsan lalu Hafsah berjalan memasuki rumah.
12. INT. RUMAH HAFSAH, KAMAR
HAFSAH – SORE (16.30)
CAST : HAFSAH
CAST : HAFSAH
Hafsah
masuk kedalam kamar dengan membawa surat yang diberikan oleh Hanafi, dia duduk
di pinggir kasur dan perlahan membuka surat itu lalu membacanya dengan sangat
serius.
V.O
HANAFI
ISI SURAT HANAFI
“awalnya aku pria bodoh di muka bumi ini yang tidak sedikitpun mengenal cinta, bahkan mencicipi cita bersama kasihsayang wanita didalamnya. Aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan kepentingan hati nurani, namun saat aku melihat kamu dan mengenal kamu semua itu berubah semuanya menjadi baru karna harus aku akui bahwa aku jatuh cinta kepada bidadari yang diturunkan oleh Allah untuk aku, bidadari itu adalah kamu, aku ingin kamu menjadi pendamping hidup aku. Mungkin terlalu cepat namun hati aku berbicara demikian, jawab semuanya dengan balasan surat ini dan temui aku di senja tempat pertama kali kita bertemu aku akan selalu menunggu sampai kamu membalasnya, Hanafi”
ISI SURAT HANAFI
“awalnya aku pria bodoh di muka bumi ini yang tidak sedikitpun mengenal cinta, bahkan mencicipi cita bersama kasihsayang wanita didalamnya. Aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan kepentingan hati nurani, namun saat aku melihat kamu dan mengenal kamu semua itu berubah semuanya menjadi baru karna harus aku akui bahwa aku jatuh cinta kepada bidadari yang diturunkan oleh Allah untuk aku, bidadari itu adalah kamu, aku ingin kamu menjadi pendamping hidup aku. Mungkin terlalu cepat namun hati aku berbicara demikian, jawab semuanya dengan balasan surat ini dan temui aku di senja tempat pertama kali kita bertemu aku akan selalu menunggu sampai kamu membalasnya, Hanafi”
MONTAGE :
Masih
pada gambar dari scene sebelumnya saat Hafsah membaca surat lalu keluar suara
VO Hanafi yang membacakan isi surat yang diberikan kepada Hafsah, dan suara VO
di tambah juga dengan backsound (musik) yang membawa suasana serta mood,
keseluruhan suara VO dan Backsound (musik) mengiringi setiap adegan didalam
adegan Montage, yaitu :
-
EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON
BESAR – SORE
CAST : HANAFI
Hanafi datang ke tempat perjanjian untuk bertemu yang Hanafi beritahukan didalam surat. Hanafi duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, berjalan mondar mandir, jongkok melihat kanan dan kiri. namun hamper malam Hafsah belum datang juga dan Hanafi memutuskan untuk pergi
CAST : HANAFI
Hanafi datang ke tempat perjanjian untuk bertemu yang Hanafi beritahukan didalam surat. Hanafi duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, berjalan mondar mandir, jongkok melihat kanan dan kiri. namun hamper malam Hafsah belum datang juga dan Hanafi memutuskan untuk pergi
-
INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH
Hafsah sambil tiduran membaca surat yang diberikan oleh Hanafi
CAST : HAFSAH
Hafsah sambil tiduran membaca surat yang diberikan oleh Hanafi
-
EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON
BESAR – SORE
CAST : HANAFI
Hanafi kembali datang ke tempat perjanjian untuk menunggu Hafsah dan duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, sesekali menguap, dan akhirnya Hanafi tertidur di atas bangku sampai mata hari terbenam.
CAST : HANAFI
Hanafi kembali datang ke tempat perjanjian untuk menunggu Hafsah dan duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, sesekali menguap, dan akhirnya Hanafi tertidur di atas bangku sampai mata hari terbenam.
-
INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH
Didalam kamar di meja belajarnya dia membaca surat yang di berikan Hanafi
CAST : HAFSAH
Didalam kamar di meja belajarnya dia membaca surat yang di berikan Hanafi
-
INT. KAMAR HANAFI – MALAM
CAST : HANAFI
Hanafi didalam kamar sedang sholat.
CAST : HANAFI
Hanafi didalam kamar sedang sholat.
-
INT. KAMAR HAFSAH – MALAM
CAST : HAFSAH
Hafsah didalam kamarnya juga sedang sholat.
CAST : HAFSAH
Hafsah didalam kamarnya juga sedang sholat.
-
EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON
BESAR – SORE
CAST : HANAFI
Hanafi kembali mendatangi tempat perjanjian dan menunggu Hafsah untuk datang
CAST : HANAFI
Hanafi kembali mendatangi tempat perjanjian dan menunggu Hafsah untuk datang
-
INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH
Hafsah didalam kamar sedang menuliskan surat balasan untuk Hanafi, setelah selesai menulis. Hafsah di panggil Ayahnya.
CAST : HAFSAH
Hafsah didalam kamar sedang menuliskan surat balasan untuk Hanafi, setelah selesai menulis. Hafsah di panggil Ayahnya.
AYAH HAFSAH
(dari luar kamar)
“Hafsah ayo keluar nak, ini Reno sudah menunggu”
sambil melipat surat dengan wajah sedih mata
yang berkaca-kaca . Hafsah segera bergegas kerluar dari kamarnya.
13. EXT.
JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, DIAN
CAST : HANAFI, DIAN
Dibawah
sinar senja Hanafi menunggu balasan surat dan kedatangan Hafsah. lalu di kejauhan
Hanafi melihat Dina berjalan menuju kearahnya, saat Dian tiba seketika
memberikan sepucuk surat lalu bergegas pergi meninggalkan Hanafi.
Hanafi
membolak balikan surat. Lalu perlahan membuka surat yang di berikan Dian dan
kemudian membacanya.
V.O
HAFSAH
ISI SURAT HAFSAH
“didalam hati kecil ku ini, aku tidak bisa membohongi rasa bahwa aku juga suka dengan kamu, namun bukan aku tidak menghormati perasaan kamu namun aku harus mengabdi kepada Allah dan Ayah ku karna aku sudah di pinang oleh pria lain. Tapi aku percaya dimasa dan kehidupan lain kita akan bertemu dan melebur menjadi satu cinta yang utuh”
ISI SURAT HAFSAH
“didalam hati kecil ku ini, aku tidak bisa membohongi rasa bahwa aku juga suka dengan kamu, namun bukan aku tidak menghormati perasaan kamu namun aku harus mengabdi kepada Allah dan Ayah ku karna aku sudah di pinang oleh pria lain. Tapi aku percaya dimasa dan kehidupan lain kita akan bertemu dan melebur menjadi satu cinta yang utuh”
Lalu
setelah selesai membaca Hanafi hanya bisa tersenyum dan menikmati senja
sendirian.
BLACK SCREEN
TEKS LINE “Cinta pertama tidak
selalu indah, tetapi kita dapat belajar dari pengalaman cinta pertama kita”
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar