Kamis, 22 Mei 2014

Skenario "Senja Menjawab"

SKENARIO “SENJA MENJAWAB” DRAF#3
Adaptasi dari sebuah cerpen karya Amir Hifzillah berjudul Hafsah dan Replika Purnama.

Establish jam Gadang Bukit Tinggi dan suasana sekitarnya

Mobil travel sedang berjalan di jalanan lintas daerah

Mobil travel memasuki jalanan desa

Hanafi memlihat suasana desa lewat jendela mobil travel

Establis suasana desa

01. EXT. RUMAH HANAFI, DEPAN HALAMAN – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, & BEBERAPA SODARA HANAFI
Mobil travel berhenti di sebuah rumah yang sederhana, rumah khas orang-orang minang yaitu rumah gadang, Hanafi pun turun dari mobil travel dan segera di sambut oleh Ibu Rohma, Dian serta para saudaranya yang sudah menunggu kehadiran Hanfi sejak tadi.

HANAFI
(turun dari mobil, lalu berjalan menuju Ibu Rohma & Dian dan para Saudara-saudaranya)

“assalammualaikum, Ibu, Ade, dan semuanya...”

IBU ROHMA, DIAN, & SAUDARA-SAUDARANYA
(membalas salam Hanafi)
“Walaikumsallam...”

Hanafi memeluk Ibu Rohma dan Dian serta menyapa semua saudara yang sudah menunggu kedatangan Hanafi dan mereka semua masuk kedalam rumah.

Establis suasana rumah yang sedang ramai persiapan syukuran
02. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS RUMAH – SIANG (14.30)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN, HASAN.
Hanafi sedang duduk menikmati suasana desa dari teras rumahnya, Ibu Rohma dan Dian datang membawa segelas teh hangat dan kue untuk Hanafi, sambil Hanafi menikmati suguhan yang diberikan Hanafi, Ibu Rohma dan Dian berbicara satu sama lainnya dengan sangat hangat sambil melapas kerinduan.

IBU ROHMA
(sambil menaruh the hangat)

“nah ini nak di minum dulu mumpung masih hangat, Dian mana kuenya cepat bawa kesini”

DIAN
(membawa kue sambil terburu-buru)

“iya ibu, sabar...”

HANAFI
“sudah ibu dan dian tenang saja, aku jadi tidak enak karna merepotkan”

IBU ROHMA
“tidak apa-apa nak,ibu senang karna ibu kangen sekali dengan kamu”

DIAN
“iya mas biarkan saja, kita kan sudah lama tidak bertemu, iya kan bu?”

IBU ROHMA
“iya benar itu, dan ibu juga bangga kamu sudah menjadi sarjana”

HANAFI
“iya terimakasih ya ibu dan dian, berkat doa kalian juga aku bisa jadi sarjana”

DIAN
(meledek)

“iya mas sama-sama, dian juga bangga punya kakak yang sudah menjadi sarjana sastra pasti banyak wanita yang suka karna kakak romantic lewat kata-kata hahahaha...”

HANAFI
(wajah malu)

“ah hanya biasa-biasa saja”

IBU ROHMA
“benar itu ade kamu, gimana kamu sudah punya kekasih semenjak kuliah di Jakarta? Soalnya kamu dari dulu belum punya kekasih”

DIAN
“iya mas sudah punya kekasih belum?”

HANAFI
(ragu dan malu)

“belum, soalnya aku tidak memikirkan itu hanya memikirkan kuliah dan kuliah agar cepat lulus seperti sekarang, soalnya aku ingat pesan almarhum bapak harus focus agar sukses”

IBU ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga cepat dapat kekasih dan kalau bisa sekaligus menjadi pendamping hidup kamu”

HANAFI
“amin... terimakasih bu”

Lalu Hanafi, Dian. dan Ibu Rohma di kagetkan dengan teriakan seorang pria mengucapkan salam dan membunyikan bell sepeda kumbang dari arah depan rumahnya, Hanafi penasaran lalu berdiri dari bangku dan melihat kedepan rumahnya ternyata itu adalah Hasan sahabat sejak kecil Hanafi yang sudah lama tidak dia jumpai.

HASAN
(sambil membunyikan bell sepeda)

“assalammualaikum... assalammualaikum...”

HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
“walaikumsallam...”

HANAFI
“astaga ternyata kamu san...”

HASAN
“hei hanafi, ayo kita berkeliling desa naik sepeda kumbang ku ini”

HANAFI
(berlari menuju hasan, berpamitan kepada Ibu Rohma dan Dian)
“ibu... ade... aku pergi dulu ya”

IBU ROHMA
“iya hati-hati ya”
Hanafi dan Hasan pergi menaiki sepeda kumbang berkeliling desa.

03. EXT. JALANAN PEDESAAN – SORE (15.00)
CAST : HANAFI, HASAN
Hasan mengoes sepeda kumbang dengan santai, Hanafi yang di boncengi oleh Hasan hanya diam dan melihat pemandangan di sekitarnya. Hanafi dan Hasan melewati jalalanan desa di tengah permukiman warga. Setiap orang yang berpapasan selalu di tegur dengan ramah dan saling berukat senyuman.

04. EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, HASAN, HAFSAH
Hanafi dan Hasan duduk di bangku yang terbuat dari bampu dan mempunyai senderan di belakangnya. Bangku itu di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang, dan berada di pinggir jalan desa namun di tengah persawahan yang luas.

HASAN
“hebat sekali sahabat ku ini sudah menjadi sarjana, sementara aku seperti ini saja berkebun diladang”

HANAFI
“ah biasa saja san, kamu jangan bicara seperti itu aku yakin kamu bisa sukses”

HASAN
“haha bisa saja kamu, ngomong-ngomong kamu disana punya pacar tidak? Soalnya kamu dari dulu tidak punya pacar”

HANAFI
“kenapa pertanyaan kamu jadi kesana haha... aku tidak punya pacar san aku focus kuliah dan menitih karir agar cepat sukses, nanti juga pasangan hidup akan datang sendiri jadi santai saja”

HASAN
“bisa saja alasan kamu han, nanti aku kenalin sama kembang desa disini namanya Hafsah, dia manis sekali seperti malaikat dan hatinya semurni surga”

HANAFI
“ngomong apa si kamu, palingan juga wanita itu biasa saja hanya kamu yang melebih-lebihkannya.

HASAN
“ya sudah kalau kamu tidak percaya”

Saat Hanafi dan Hasan membicarakan soal Hafsah, Hasan melihat seorang wanita berkerudung berjalan kearah mereka, lalu Hasan memberi tau kepada Hanafi bahwa wanita yang bernama Hafsah sedang berjalan menuju mereka.

HASAN
(sambil menunjuk kearah Hafsah)
“eh han itu tuh wanita yang ku ceritakan bernama Hafsah”

HANAFI
(melihat dan terpukau)

Saat Hanafi melihat sosok Hafsah langsung terpukau dan enggan memalingkan pandangannya. Saat Hafsah melintas dihadapan mereka Hasan dengan respon cepat menegur Hafsah dan dibalas dengan lembut oleh Hafsah, namun Hanfi hanya bertukar senyum dengan Hafsah.

HASAN
“Hafsah mau kemana?”

HAFSAH
(sambil memberikan senyuman)

“mau pulang mas, deluan ya”

HASAN
“hati-hati ya Hafsah”

Hanfi pun semakin terpesona. Hasan menegor dengan mengkagetkan Hanafi yang sedang terpanah dengan Hafsah, lalu Hasan mengajak Hanafi pulang karna harus mempersiapkan acara syukuran.

HANAFI
(terpaku melihat Hafsah)

HASAN
(menegor Hanafi)

“eh ayo pulang, katanya kamu tidak tertarik dengan Hafsah huh”

HANAFI
(tersipu malu)
Hanafi dan Hasan menaiki sepeda dan bergegas pulang menuju rumah Hanafi.

05. INT. RUMAH HANAFI – MALAM (19.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, IBU HANAFI, DIAN, HANAFI, PARA TAMU UNDANGAN

Rumah Hanafi sudah ramai dengan para tamu undangan, beberapa saat lagi acara syukuran akan di mulai, semua orang yang berada didalam rumah Hanafi terpaku dengan suara salam seorang dari luar pintu rumah.

HAFSAH
“assalammualaikum”

Suara itu ternyata adalah Hafsah lalu menjadi pusat perhatian. Hanafi yang melihat Hafsah begitu senang terlihat dari ekpresi senyumnya. Hasan mengetahuinya namun hanya meyimak tingkah laku Hanafi.

Hafsah masuk dan duduk di samping Dian dan Ibu Rohma, Hafsah dan Hanafi saling bertukar pandangan sambil bertukar senyuman satu sama lainnya tingkah laku mereka di perhatikan oleh Dian dan mengerti maksud dari tingkah mereka berdua. Acara pun di mulai dengan sangat hikmat, lalu acara di lanjutkan dengan menyantap makanan yang sudah di sediakan.

06. EXT. RUMAH HANAFI, TERAS RUMAH (20.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH, DIAN, HASAN
Hanafi dan Hasan sedang duduk-duduk santai di teras rumah sambil berbincang-bincang.

HANAFI
(memperhatikan Hafsah dari jauh)

HASAN
(menggoda Hanafi)

“lagi lihat apa kamu?”

HANAFI
(kaget)

“tidak, tidak lihat apa-apa”

HASAN
“sudah jangan bohong kamu suka kan sama Hafsah?”

HANAFI
(sedikit ragu)

“iya aku suka sama dia dan perasaan kaya gini pertama kalinya aku rasain, menurut kamu gimana san?”

HASAN
“yaudah kamu deketin saja, aku dukung dan doakan kamu sobat”

Sedang asik santai Hanafi dan Hasan di datangi oleh Dian bersama Hafsah, Dian mengenalkan Hanafi kepada Hafsah. Setelah berkenalan Hafsah pamit.

DIAN
(datang bersama Hafsah)

“mas Hanafi ini kenalkan teman aku Hafsah”

HANAFI
(sambil melempar senyum)

“salam kenal Hafsah, aku Hanafi”

HAFSAH
(membalas senyum)

DIAN
“Dian ini mas temen aku main aku sejak mas kuliah ke Jakarta, Hafsah datang ke desa kita bersama orang tuanya buat tinggal disini, makannya mas baru lihat bahwa didesa ini ada wanita semanis Hafsah”

HAFSAH
(tersipu malu)

“apa si kamu dian, oia kalo gitu aku sekalian pamit karna sudah malam takut bapak mencari aku”

HANAFI
“kalo gitu boleh aku antar kamu pulang ke rumah”

HAFSAH
(berfikir dan diam)

DIAN
(membantu Hanafi)

“iya di anter sama mas hanafi saja”

HASAN
(membantu Hanafi)
“benar itu, kan sudah malam juga jadi biar di antar”

HANAFI
(menyakinkan Hafsah)

“gimana Hafsah?”

HAFSAH
(tersenyum dan menganggung mengisyaratkan mau di antar)

mereka berdua berjalan bersama menelusuri jalan. Wajah Dian dan Hasan senang lalu Ibu Rohma datang dan melihat Hanafi dan Hafsah berjalan bersama.

07. EXT. JALANAN PEDESAAN – MALAM (20.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH
Sambil memgang obor Hanafi dan Hafsah berjalan berdampingan menyusuri jalanan desa, awalnya mereka berdua saling membisu namun Hanafi membernikan diri dan bertanya untuk membuka perbincangan mereka.

HANAFI
(sedikit ragu)

“Hafsah tadi sore kita bertemu ya”

HAFSAH
“iya, kamu yang sama Hasankan? Ternyata kamu yang sarjana sastra itu”

HANAFI
“iya itu aku hehe...”

HAFSAH
“berarti bisa nulis tulisan kata-kata indah ya?”

HANAFI
“ah engga juga, bisa saja kamu”

Tampak obrolan mereka semakin akrab dan sepanjang perjalanan menuju rumah Hafsah mereka membicarakan hal ini dan itu sangat akrab.

08. EXT. RUMAH HAFSAH – MALAM (21.00)
CAST : HANAFI, HAFSAH
tak terasa langkah kaki sudah mengantarkan Hanafi dan Hafsah didepan rumah Hafsah, lalu Hafsah masuk kedalam rumah.

HAFSAH
“nah ini rumah aku, terimakasih sudah mengantar aku sampe rumah”

HANAFI
“iya sama-sama Hafsah, aku pamit pulang ya, assalammualaikum”

HAFSAH
(sambil masuk ke rumah)

“iya hati-hati ya mas, walaikumsallam”

HANAFI
(sedikit ragu)

“eh Hafsah maaf ada yang mau aku tanyakan”

HAFSAH
(penasaran)

“Tanya apa mas?”

HANAFI
(ragu untuk mengungkapkan)

“apakah kamu sudah punya kekasih?”

HAFSAH
(hanya diam, lalu membalas dengan senyuman dan masuk ke dalam rumah)

Hanafi membalas senyuman Hafsah, dan wajah yang bingung. Hanafi berjalan meninggalkan rumah Hafsah untuk pulang.

Establis suasana pagi desa

09. INT. RUMAH HANAFI, RUANG KELUARGA – PAGI (10.00)
CAST : HANAFI, IBU ROHMA, DIAN
Dian sedang asik menonton TV di ruang keluarga lalu Hanafi keluar dari kamar dengan muka bantal karna baru bangun tidur, dan langsung duduk disamping Dian.

DIAN
“gimana mas semalam dengan Hafsah”

HANAFI
(hanya diam saja)

DIAN
“mas kok diam, gimana mas, ayo cerita”
Ibu Rohma yang dari tadi menguping dari dapur datang ke ruang keluarga dengan membawa secangkir air putih untuk Hanafi

IBU ROHMA
(datang dari dapur dan membawa segelas air putih)

“iya han coba ceritakan ke ibu dan ade mu gimana semalam kamu dengan Hafsah”

HANAFI
“iya gitu bu, aku anterin dia pulang, ngobrol ini dan itu lalu aku Tanya dia punya kekasih taua belum tapi dia Cuma menjawab dengan senyuman”

DIAN
“mungkin dia kasih senyuman ke mas itu tanda buat mas buat deketin dia mas”

HANAFI
“mungkin bisa jadi seperti itu”

IBU ROHMA
“yasudah ibu doakan semoga kamu bisa ngedeketin dia dan jadi kekasihnya kalo bisa sekalian menikah, amin”

HANAFI
(sambil berdiri lalu berjalan menuju dapur)
“amin”

DIAN
“lalu bagaimana cara mas mendekati Hafsah?”

HANAFI
(percaya diri)

“dengan surat berisikan kata-kata cinta yang menghanyutkan”
saat mendengar itu Ibu Rohma dan Dian tersenyum dan tertawa.

10. INT. RUMAH HANAFI, KAMAR HANAFI – SIANG (13.00)
CAST : HANAFI
Hanafi duduk di atas meja dan berhadpaan dengan sebuah kertas kosong di atas meja, Hanafi memutar-mutarkan pulpen di jarinya. Menggigit ujung pulpen, dan akhirnya mulai menulis dan setelah selesai menulis Hanafi keluar dari kamarnya lalu pergi ke rumah Hafsah.

11. EXT. RUMAH HAFSAH, TERAS RUMAH – SORE (15.30)
CAST : HANAFI, HAFSAH, AYAH HAFSAH
Hanafi berdiri didepan rumah Hafsah dan mengucapkan salam memanggil Hfasah.

HANAFI
“Assalammualaikum”

AYAH HAFSAH
“Walaikumsallam, cari siapa nak?”

HANAFI
“saya mau bertemu Hafsah untuk memberikan sesuatu kepada dia”

AYAH HAFSAH
“yasudah silahkan masuk duduk disini sebenar ya, saya panggilkan Hafsah dulu”

HANAFI
“maaf bapak ini siapa ya?”

AYAH HAFSAH
“saya ini ayahnya Hafsah”

HANAFI
“oh ayahnya Hafsah, salam kenal pak saya Hanafi anaknya ibu Rohma”

AYAH HAFSAH
“oh anaknya Ibu Rohma, yausah dilahkan duduk saya panggilkan dulu Hafsahnya”

HANAFI
“iya pak terimakasih”

Ayah Hafsah masuk dan memanggil Hafsah, Hafsah langsung keluar dan menemui Hanafi.

HANAFI
(sedikit gelisah)

HAFSAH
“ada apa mas kesini?”

HANAFI
(sedikit terburu-buru)

“tidak aku hanya ingin memberikan surat ini kepada kamu, mohon untuk di baca dan sesegera mungkin di balas, aku langsung pamit ya, Assalammualaikum”

HAFSAH
“walaikumsallam”
Hanafi meninggalkan rumah Hafsan lalu Hafsah berjalan memasuki rumah.

12. INT. RUMAH HAFSAH, KAMAR HAFSAH – SORE (16.30)
CAST : HAFSAH
Hafsah masuk kedalam kamar dengan membawa surat yang diberikan oleh Hanafi, dia duduk di pinggir kasur dan perlahan membuka surat itu lalu membacanya dengan sangat serius.

V.O HANAFI
ISI SURAT HANAFI

“awalnya aku pria bodoh di muka bumi ini yang tidak sedikitpun mengenal cinta, bahkan mencicipi cita bersama kasihsayang wanita didalamnya. Aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan kepentingan hati nurani, namun saat aku melihat kamu dan mengenal kamu semua itu berubah semuanya menjadi baru karna harus aku akui bahwa aku jatuh cinta kepada bidadari yang diturunkan oleh Allah untuk aku, bidadari itu adalah kamu, aku ingin kamu menjadi pendamping hidup aku. Mungkin terlalu cepat namun hati aku berbicara demikian, jawab semuanya dengan balasan surat ini dan temui aku di senja tempat pertama kali kita bertemu aku akan selalu menunggu sampai kamu membalasnya, Hanafi”

MONTAGE :
Masih pada gambar dari scene sebelumnya saat Hafsah membaca surat lalu keluar suara VO Hanafi yang membacakan isi surat yang diberikan kepada Hafsah, dan suara VO di tambah juga dengan backsound (musik) yang membawa suasana serta mood, keseluruhan suara VO dan Backsound (musik) mengiringi setiap adegan didalam adegan Montage, yaitu :
-       
  EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI
Hanafi datang ke tempat perjanjian untuk bertemu yang Hanafi beritahukan didalam surat. Hanafi duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, berjalan mondar mandir, jongkok melihat kanan dan kiri. namun hamper malam Hafsah belum datang juga dan Hanafi memutuskan untuk pergi
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Hafsah sambil tiduran membaca surat yang diberikan oleh Hanafi
-        EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI

Hanafi kembali datang ke tempat perjanjian untuk menunggu Hafsah dan duduk di atas bangku, tiduran di atas bangku, sesekali menguap, dan akhirnya Hanafi tertidur di atas bangku sampai mata hari terbenam.
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Didalam kamar di meja belajarnya dia membaca surat yang di berikan Hanafi
-        INT. KAMAR HANAFI – MALAM
CAST : HANAFI
Hanafi didalam kamar sedang sholat.
-        INT. KAMAR HAFSAH – MALAM
CAST : HAFSAH

Hafsah didalam kamarnya juga sedang sholat.
-        EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE
CAST : HANAFI

Hanafi kembali mendatangi tempat perjanjian dan menunggu Hafsah untuk datang
-        INT. KAMAR HAFSAH – SIANG
CAST : HAFSAH

Hafsah didalam kamar sedang menuliskan surat balasan untuk Hanafi, setelah selesai menulis. Hafsah di panggil Ayahnya.

AYAH HAFSAH
(dari luar kamar)

“Hafsah ayo keluar nak, ini Reno sudah menunggu”

sambil melipat surat dengan wajah sedih mata yang berkaca-kaca . Hafsah segera bergegas kerluar dari kamarnya.

13. EXT. JALANAN DESA DI TENGAH SAWAH, POHON BESAR – SORE (16.00)
CAST : HANAFI, DIAN
Dibawah sinar senja Hanafi menunggu balasan surat dan kedatangan Hafsah. lalu di kejauhan Hanafi melihat Dina berjalan menuju kearahnya, saat Dian tiba seketika memberikan sepucuk surat lalu bergegas pergi meninggalkan Hanafi.
Hanafi membolak balikan surat. Lalu perlahan membuka surat yang di berikan Dian dan kemudian membacanya.

V.O HAFSAH
ISI SURAT HAFSAH
“didalam hati kecil ku ini, aku tidak bisa membohongi rasa bahwa aku juga suka dengan kamu, namun bukan aku tidak menghormati perasaan kamu namun aku harus mengabdi kepada Allah dan Ayah ku karna aku sudah di pinang oleh pria lain. Tapi aku percaya dimasa dan kehidupan lain kita akan bertemu dan melebur menjadi satu cinta yang utuh”

Lalu setelah selesai membaca Hanafi hanya bisa tersenyum dan menikmati senja sendirian.

BLACK SCREEN

TEKS LINE “Cinta pertama tidak selalu indah, tetapi kita dapat belajar dari pengalaman cinta pertama kita”


THE END